Bank Indonesia Kalah Wibawa di Mata Perbankan

Reporter

Editor

Jumat, 14 Agustus 2009 14:31 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Lambatnya penurunan suku bunga kredit bank membuat Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia MS Hidayat menilai fungsi intermediasi perbankan tak berjalan. Menurut dia, sepanjang semester satu tahun ini, bank meraup laba besar karena menempatkan dananya di Surat Utang Negara dan Sertifikat Bank Indonesia, bukan mengucurkan kredit bagi sektor riil sebagaimana mestinya.

"Perbankan seharusnya bisa diatur sehingga ada keberpihakan kepada sektor ekonomi seperti usaha kecil dan menengah," ujarnya saat ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Jumat (14/8).

Lambatnya penurunan bunga kredit meski tingkat suku bunga acuan bank sentral (BI Rate) telah turun 3 persen sejak Desember 2008 dianggapnya pertanda Bank Indonesia kehilangan kewibawaan. "BI Rate harusnya jadi acuan untuk lending rate (suku bunga kredit), itu berlaku di seluruh dunia," tuturnya. "Kalau BI Rate tidak menjadi acuan, BI menjadi tidak berwibawa karena tidak bisa mengatur perbankan."

MS Hidayat berpendapat Bank Indonesia seharusnya bisa mematok suku bunga perbankan agar seiring dengan pergerakan suku bunga acuan bank sentral. Tapi pemerintah dimintanya ikut berkoordinasi dengan perbankan. "Jangan terlalu banyak terbitkan Surat Utang Negara dengan yield (imbal-hasil) yang tinggi," ucapnya.

Ketua Komisi Keuangan dan Perbankan Ahmad Hafiz Zawawi mengungkapkan hal serupa. Secara perundang-undangan atau peraturan Bank Indonesia, bank sentral dipandang bisa mematok suku bunga bank. Sementara pemerintah pun harus menahan diri dalam melansir surat utangnya. "Jangan terlalu tinggi hormon untuk menutup defisit dengan penerbitan Surat Utang Negara," kata dia.

Bank sentral sendiri masih belum mau menjelaskan langkah kongkrit apa yang bakal diambil untuk mempercepat penurunan bunga kredit. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Darmin Nasution berujar, pihaknya bakal segera mengundang perbankan dan pemerintah untuk mencari jalan keluar untuk masalah ini. Saat ditanya langkah apa yang bakal dilakukan, Darmin menjawab, "Ya nantilah, kami duduk bersama-sama dulu."

Adapun perihal desakan agar bank sentral membuat peraturan untuk memaksa perbankan lebih cepat menurunkan bunganya, menurut Darmin, harus ditimbang masak-masak. "Segala langkah dan keputusan itu ada indikasinya," kata dia.

Ia menambahkan, tak setiap penanganan masalah harus diatasi dengan melansir peraturan baru. "Biarlah kita duduk bersama dengan pemerintah dan perbankan untuk mencari jalan keluar yang efektif tapi dampaknya tidak berbahaya," ucapnya.

BUNGA MANGGIASIH | RIEKA RAHADIANA

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

7 menit lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

8 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya