TEMPO Interaktif, Jakarta:Meskipun sempat mengalami penurunan tahun lalu ekspor tahun ini diperkirakan akan tumbuh sekitar 2 persen. Pertumbuhan ini masih didominasi oleh ekspor non migas serta didukung oleh tingginya harga minyak saat ini. Namun pertumbuhan ini bisa tercapai dengan asumsi deflasi di pasar internasional tidak akan berpengaruh terhadap ekspor. Dengan demikian dikemukakan ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universias Indonesia (LPEM FEUI), Muhammad Chatib Basri, di Hotel Arya Duta, Jakarta, Selasa (28/1). Sebenarnya ekspor tahun lalu mengalami penurunan sekitar 3.5 persen, kata dia. Chatib menjelaskan pertumbuhan ekonomi tahun lalu memang sangat bertopang pada sektor konsumsi. Namun, meskipun telah meningkat secara positif pada kwartal II tahun lalu namun secara keseluruhan investasi mengalami pertumbuhan yang negatif sepanjang tahun lalu. Pasalnya, masih terdapat masalah yang belum terselesaikan di sektor riil serta iklim investasi yang tidak kondusif. Meski begitu, menghadapi era kawasan pedagangan bebas ASEAN (AFTA) wakil ketua LPPM FUEI ini mengatakan, Indonesia sebenarnya tidak memiliki masalah yang berarti. Neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya tidak pernah mengalami defisit, kata dia. Tetapi Indonesia hanya pernah satu kali mengalami defisit dalam neraca perdagangannya dengan Thailand tahun 1999. Hal itu disebabkan pada tahun itu Indonesia terpaksa mengimpor beras dalam jumlah yang cukup besar. Dengan adanya pertumbuhan ekspor diharapkan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 3,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Alasannya sektor konsumsi walaupun masih menjadi motor pertumbuhan ekonomi namun beberapa tahun ini sektor itu mengalami penurunan. Trendnya semakin melambat, kata Chatib. Meski begitu kenaikan harga diyakini tidak akan berpengaruh pada tingkat inflasi. Tapi Chatib mengakui daya beli masyarakat memang sudah jauh berkurang, ditambah pula dengan investasi yang tidak kunjung bertambah. Dalam satu atau dua tahun mendatang berlum tentu ada investasi yang masuk ke Indonesia, kata dia. Dara Meutia Uning TNR
Berita terkait
Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung
30 detik lalu
Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung
Harga Jagung di tingkat petani anjlok saat panen raya. Presiden Jokowi mendorong hilirisasi untuk menstabilkan harga.