Peternak Kodok Makmur, Satu Restoran Pesan 2,5 Kuintal
Senin, 27 Juli 2009 06:13 WIB
Usaha peternakan kodok dilakukan bersama istri dan dua anaknya. Selain memberi makan, pekerjaan paling sulit adalah membersihkan kolam. Untuk menjaga kesehatan kodok, pembersihan dilakukan dua kali sehari. Jika tidak, serangan penyakit mata putih dan kaki merah mengancam mereka. "Jika sudah kena penyakit, harga jualnya tinggal separuhnya," kata dia.
Berbeda dengan kodok sawah yang kerap dijumpai di musim hujan, populasi bullfrog tak mengenal musim. Ukurannya pun jauh lebih besar karena induknya didatangkan langsung dari daratan Afrika.
Menurut Yasin, budi daya bullfrog tidak terlalu sulit. Satu induk kodok bisa menghasilkan 10 hingga 20 ribu telur. Sebanyak 3.000 telur di antaranya mampu bertahan hidup hingga menjadi kecebong. Yasin memiliki 43 kolam berbagai ukuran.
Sepekan sekali permintaan kodok untuk kebutuhan konsumsi mengalir dari berbagai daerah. Di antaranya dari Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makassar, Sulawesi Selatan. Seluruh permintaan tersebut bisa dipenuhi oleh Yasin. Setiap 1 kilogram kodok yang terdiri atas empat ekor dihargai Rp 25 ribu oleh pemilik restoran. Jika yang dipesan hanya bagian paha atau swike, harganya Rp 20 ribu per ons.
Permintaan mengalami peningkatan besar setiap musim kemarau tiba. Hal ini dipicu oleh hilangnya keberadaan kodok sawah yang hanya bertahan pada musim hujan. Jika biasanya satu restoran hanya meminta 1 kuintal tiap pekan, pada musim kemarau bisa melonjak hingga 2,5 kuintal. Meski lebih mahal dibanding harga kodok sawah, pemilik restoran mengaku tidak memiliki pilihan selain bullfrog.
HARI TRI WASONO