Industri Elektronik Mulai Pangkas Produksi

Reporter

Editor

Selasa, 9 Desember 2008 23:39 WIB

TEMPO Interaktif , Jakarta: Industri barang elektronik mulai memangkas produksinya. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi penurunan penjualan dan penumpukan stok barang di gudang sebagai imbas krisis finansial global.


"Mulai bulan ini, kami menurunkan produksi per bulan jadi sekitar 450 ribu unit saja," kata Direktur PT Panasonic Manufacturing Indonesia Moetawakkil kepada Tempo, Selasa (9/12). Sebelumnya, Panasonic biasa menghasilkan 600 ribu unit barang elektronik.

Menurut Moetawakkil, bulan Januari mendatang, Panasonic akan menurunkan lagi produksinya, namun masih di kisaran 400 ribuan unit. Pengurangan produksi diberlakukan di semua lini produk Panasonic yang mencakup televisi, lemari es, dan pendingin udara.

Hal serupa dilakukan pula oleh PT Sharp Electronics Indonesia mulai bulan Januari depan. "Kami turunkan produksi hingga 10 persen," kata General Manager Penjualan dan Pemasaran PT Sharp Electronics Indonesia Iffan Suryanto. Lini yang paling banyak dikurangi produksinya ialah televisi, meski Iffan enggan menyebutkan berapa jumlahnya.

Pemangkasan produksi dilaksanakan pengusaha dengan cara meniadakan lembur serta mengurangi shift kerja dari tiga shift menjadi dua shift sehari.

Menurut Ketua Electronic Marketers Club Agus Subiantoro, krisis finansial menyebabkan daya beli masyarakat tahun depan berkurang. "Apalagi pelemahan tukar rupiah membuat produsen elektronik harus menaikkan harga barang karena mereka menggunakan banyak komponen impor," tutur Agus. Akibatnya, penjualan tahun depan diramalkan akan berkurang sampai 15 persen dari angka tahun ini yang sekitar Rp 17,8 triliun.

Untuk mengatasi lesunya penjualan tahun depan, pengusaha barang elektronik meminta pemerintah bisa menjaga kurs rupiah agar stabil, serta benar-benar melaksanakan pengetatan impor barang elektronik agar produk selundupan tak lagi merebut pasar industri domestik.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Barang Elektronik Rachmat Gobel berpendapat krisis harus dimanfaatkan sebagai momentum menumbuhkan industri domestik sebagai pembuat barang, bukan sekadar perakit produk. "Pemerintah harus lebih mendorong industri penyokong, agar kami tak harus mengimpor komponen elektronik sehingga terguncang jika rupiah melemah," ujarnya. Ia mencontohkan, bahan penolong yang diperlukan dan bisa dikembangkan di dalam negeri antara lain pola dan cetakan mould and die, komponen motor, serta komponen plastik.

Rachmat juga ingin pemerintah meninjau lagi harmonisasi tarif masuk barang impor. "Tarif yang rendah membuat orang memilih mengimpor barang karena lebih murah dan untung ketimbang membuat produk serupa di dalam negeri."

BUNGA MANGGIASIH

Berita terkait

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

27 September 2021

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini disebut lebih tinggi dibandingkan nasional.

Baca Selengkapnya

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

23 Mei 2019

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

Demo 22 Mei yang berujung rusuh kemarin diyakini tak menimbulkan dampak yang berarti pada industri nasional.

Baca Selengkapnya

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

23 Juli 2018

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

Kalangan pengusaha industri minuman yakin bakal mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

29 Desember 2017

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Kunci utama dalam mendorong industri agar bisa menghadapi era ekonomi digital termasuk industri 4.0 adalah pendidikan.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja membuat sektor industri dipercaya masih akan jadi salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

14 Desember 2017

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

Tren perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2017 dinilai positif oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

11 Desember 2017

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

Kementerian Perindustrian akan mendorong sektor-sektor andalan agar target pertumbuhan industri 2018 bisa tercapai.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

11 Desember 2017

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan kontribusi pertumbuhan industri 2017 mendekati 20 persen terhadap produk domestik bruto.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

7 November 2017

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

Industri pengolahan menyumbang paling banyak dalam PDB triwulan III 2017, karena pelaku optimistis.

Baca Selengkapnya