Inovasi seperti itu, kata dia, adalah resep agar industri asuransi tidak anjlok pada tahun 2009 mendatang di mana dampak krisis ekonomi dan keuangan global mulai terasa. “Harus pintar-pintar melihat situasi ekonomi,” imbaunya.
Mira menjelaskan, inovasi produk bisa dilakukan dengan memodifikasi produk-produk konvensional misalkan penyesuaian pada limit dan jangka waktu. Jika tidak ada inovasi, pertumbuhan industri asuransi dikhawatirkan berat mengingat daya beli masyarakat rendah.
Terkait prospek industri asuransi di 2009, sebelumnya Direktur Utama PT Asuransi Jasa Indonesia Eko Budiwiyono mengemukakan, tantangan asuransi ke depan antara lain masih relatif tingginya laju inflasi dan kenaikan suku bunga perbankan. “Daya beli masyarakat menurun,” katanya.
Secara umum, dia menambahkan, tantangan lain adalah kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi masih rendah (low insurance minded). Penetrasi pasar asuransi saat ini diperkirakan masih sekitar 12-15 persen. Namun di sisi lain, hal itu bisa menjadi peluang.
Dalam catatan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) misalnya, individu pemegang polis asuransi jiwa di Indonesia sejauh ini baru mencapai 7 juta orang dan 18 juta kelompok. Sampai kuartal kedua tahun 2008, premi asuransi jiwa mencapai Rp 27 triliun dengan pertumbuhan premi 45 persen. Adapun akumulasi total premi mencapai Rp103 triliun. Dari dana sejumlah itu, 90 persen disimpan di Indonesia.
Harun Mahbub