TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menyatakan siap diperiksa terkait rendahnya harga penjualan gas Tangguh ke Cina. "Silahkan investigasi, kami tidak ada masalah karena yang kami lakukan secara transparan," ujarnya, Selasa (26/8). Dia menambahkan, kontrak Tangguh jangan dilihat dari harga rendah dan tidak menguntungkan. "Tapi harga rendah karena kontrak konstruksinya juga rendah, pembangunan gas Tangguh juga rendah," katanya. Menurut Purnomo, pihaknya sudah mengecek pada saat itu harganya menguntungkan. Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta kontrak gas alam cair Tangguh ditinjau ulang. Alasannya, harga jual Tangguh sangat rendah dibandingkan dengan kontrak penjualan gas dari Kalimantan Timur (Bontang) dan Aceh (Arun). Pada saat kontrak diteken, harga jual yang disepakati adalah US$ 2,4 per MMBtu selama 25 tahun. Pada tahun 2006, harga itu direvisi menjadi US$ 3,3 per MMBtu. Menurut Kalla, harga itu terlalu rendah dan merugikan negara. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Evita Legowo menyatakan hal sama dengan menterinya. "Harga Tangguh pada kontrak awal tidak merugikan negara. Karena harga saat itu memang sedang rendah," katanya. Evita mengatakan, pihaknya tidak memiliki target untuk melakukan negosiasi ulang kontrak gas Tangguh. "Kami usahakan meminta nego lagi, tapi kami tidak menargetkan harga berapa, yang jelas harus naik(dari harga saat ini)," ujarnya. Menurut dia, kontrak gas Tangguh sangat sulit dilakukan karena menggunakan patokan harga yang berbeda. Selain itu, peninjauan ulang harga penjualan hanya bisa dilakukan empat tahun sekali. "Kami baru saja melakukan nego ulang pada 2006, semestinya kalau mau ditinjau ulang itu pada 2010," kata Evita. AGUNG SEDAYU