TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Masyarakat Perikanan Nusantara Shidiq Moeslim menyatakan, sebelum pemerintah menaikkan harga jual solar para nelayan sudah tak sanggup melaut. "Apalagi kalau nanti harganya naik," ujarnya, Kamis (15/5). Dia menjelaskan, nelayan yang melaut di sepanjang pantai utara Jawa tinggal 35 persen. Selain karena faktor cuaca, kalangan nelayan sudah mampu membeli solar untuk bahan bakar menangkap ikan. Pada 2005, nelayan masih bisa melaut dengan mengoplos solar dan minyak tanah meski terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak. Saat ini harga minyak tanah masih murah dan cukup tersedia. Namun, sejak pemerintah melakukan program konversi, kata dia, nelayan sulit mendapatkan minyak tanah. "Tidak ada lagi bahan untuk mengoplos," kata Shidiq. Sementara untuk membeli solar terlalu mahal. Untuk menghemat bahan bakar, nelayan menyiasatinya dengan cara melaut bergantian.Rata-rata nelayan membentuk kelompok-kelompok. Dari tiap kelompok itu, kata dia, diutus satu perahu untuk mencari lokasi yang banyak ikan. "Setelah ketemu lokasinya baru yang lain ikut melaut," kata Shidiq. Cara ini ia akui menghemat bahan bakar karena tidak perlu banyak perahu yang berlayar mencari lokasi ikan.Nelayan kecil dengan kapasitas kapal di bawah 10 gross ton (GT) adalah kelompok nelayan yang paling rawan terpukul akibat kenaikan harga bahan bakar. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, pada 2007, rata-rata pendapatan 2,7 juta nelayan kecil di Indonesia hanya sebesar Rp 445.000 per keluarga per bulan. Pendapatan ini jauh dibawah pendapatan standar untuk hidup layak. Sementara mayoritas nelayan di Indonesia termasuk ke dalam golongan nelayan kecil.Pemerintah sedang mengusulkan pemberian subsidi bahan bakar minyak kepada nelayan. Melalui pemberian subsidi tersebut harga solar untuk nelayan diharapkan tidak naik. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Ali Supardan mengatakan, subsidi akan dibagikan kepada nelayan dengan kapasitas kapal kurang dari 30 (GT). "Kami mengajukan subsidi sebesar 25 ton solar per bulan untuk nelayan," ujarnya kepada Tempo, Rabu (14/5). ARTI EKAWATI
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
13 hari lalu
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.