Target Pertumbuhan Industri Kembali Dikoreksi

Reporter

Editor

Selasa, 29 April 2008 00:27 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Departemen Perindustrian kembali mengubah target pertumbuhan industri pada tahun ini menjadi enam persen. Koreksi target pertumbuhan industri tersebut akibat lonjakan harga minyak mentah dunia. "Kami tak pernah memproyeksikan harga minyak seperti sekarang ini," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian Dedi Mulyadi, Senin (28/4). Menurut dia, kenaikan harga minyak mentah dunia mendorong biaya produksi antara lain, bahan baku, pengolahan dan transportasi. Angka persisi revisi pertumbuhan industri, kata Dedi, masih menunggu laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan industri selama kuartal pertama dantarget inflasi serta pertumbuhan konsumsi. "Dari data itu kami analisa terlebih dahulu," katanya. Revisi pertumbuhan industri ini adalah yang ketiga kalinya sejak ditetapkan target pertumbuhan industri awal 2008. Pada awal tahun, pemerintah menargetkan pertumbuhan industri sebesar 7,4 persen. Namun, target ini direvisi menjadi menjadi 6,5 persen dan belakangan kembali direvisi menjadi enam persen. Perubahan target pertumbuhan tersebut karena adanya revisi target pertumbuhan ekonomi pada 2008 dari 6,8 persen menjadi 6,34 persen. Bahkan target pertumbuhan industri pada 2009 yang semula ditetapkan 8,6 persen dikoreksi menjadi 6,5 persen. Menurut Dedi, pertumbuhan industri masih di bawah pertumbuhan ekonomin nasional. Padahal, kata dia, pertumbuhan industri yang sehat di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada 2004 pertumbuhan industri tahunan mencapai 7,4 persen. Namun, sejak kenaikan bahan bakar sebesar 120 persen pada 2005 pertumbuhan industri langsung jatuh ke posisi 5,86 persen. Pada 2006 pertumbuhan industri merosot menjadi 5,3 persen dan tahun lalu hanya 5,15 persen. Koreksi target pertumbuhan industri, kata Dedi, untuk mencapai pertumbuhan yang realistis. Menurut dia, pemerintah akan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam terutama sektor agroindustri. "Potensi dan pasarnya sedang berkembang," ujarnya. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia Djimanto menyatakan, kenaikan harga minyak berimbas kepada kalangan pengusaha. Menurut dia, para pengusaha saat ini kesulitan melakukan usahanya akibat daya beli masyarakat merosot. Selain penurunan daya beli, kata Djimanto, tekanan minyak mentah menyebabkan kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan tenaga kerja. Para pengusaha industri kecil dan menengah, kata dia, sudah mulai mengurangi tenaga kerja akibat lonjakan biaya produksi. Hingga kini industri besar belum terpengaruh untuk melakukan pemutusan hubungan kerja. Namun, kemampuan industri besar tersebut hanya tinggal menunggu waktu. "Penurunan kapasitas produksi akan terjadi karena permintaan pasar luar negeri sudah mengalami penurunan," ujar Djimanto. Djimanto mengungkapkan, permintaan produk ekspor untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tujuan Amerika Serikat sudah berkurang. YULIAWATI | ALI NY

Berita terkait

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

27 September 2021

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini disebut lebih tinggi dibandingkan nasional.

Baca Selengkapnya

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

23 Mei 2019

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

Demo 22 Mei yang berujung rusuh kemarin diyakini tak menimbulkan dampak yang berarti pada industri nasional.

Baca Selengkapnya

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

23 Juli 2018

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

Kalangan pengusaha industri minuman yakin bakal mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

29 Desember 2017

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Kunci utama dalam mendorong industri agar bisa menghadapi era ekonomi digital termasuk industri 4.0 adalah pendidikan.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja membuat sektor industri dipercaya masih akan jadi salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

14 Desember 2017

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

Tren perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2017 dinilai positif oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

11 Desember 2017

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

Kementerian Perindustrian akan mendorong sektor-sektor andalan agar target pertumbuhan industri 2018 bisa tercapai.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

11 Desember 2017

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan kontribusi pertumbuhan industri 2017 mendekati 20 persen terhadap produk domestik bruto.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

7 November 2017

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

Industri pengolahan menyumbang paling banyak dalam PDB triwulan III 2017, karena pelaku optimistis.

Baca Selengkapnya