TEMPO Interaktif, Jakarta:Tim pengelola Bank Internasional Indonesia (BII) akan memperkuat tim restrukturisasi yang bertugas menurunkan non performing loan (kredit bermasalah) yang ada di bank ini. Penguatan tim restrukturisasi ini dilakukan dari dalam bank itu sendiri. NPL BII saat ini sudah mencapai 60 persen. “Kita akan melihat lagi dari daftarnya apakah para debitur yang mengalami kredit bermasalah di BII ini mempunyai kemampuan cash flow atau tidak,” kata anggota tim pengelola BII Halim Susanto kepada wartawan usai rapat BII di kantor BPPN Jakarta Jumat (17/5) siang. Menurut Halim, jika para debitur dalam membayar mempunyai kemampuan cash flow maka BII akan menawarkan track out pembayaran yang dimungkinkan selama lima tahun atau 15 tahun. Ketika ditanyakan mengapa NPL di BII bisa membengkak menjadi besar, menurut dia, itu karena keadaan ekonomi yang tidak membaik. Ketika ditegaskan lagi kenapa BII berbeda dengan bank-bank lain yang NPL-nya bisa turun, ia beralasan karena perbedaan corporate account. “Kredit ini sebenarnya diberikan jauh sebelum direkap, setelah direkap kredit itu tidak ada yang macet, “ ujarnya berdalih. Saat itu Halim menegaskan right issues yang akan dilakukan BII untuk menuntaskan persoalan interbank claim dan differ tax. Dengan suntikan melalui right issues, interbank claim akan bisa ditutupi. Seperti diketahui dari laporan keuangan BII beberapa waktu lalu, nilai CAR (rasio kecukupan modal) tersebut mencapai minus 47 persen. Angka itu jauh dari yang ditetapkan Bank Indonesia, sebesar minimum delapan persen. Sedangkan jumlah kredit bermasalah bank tersebut mencapai 60 persen. NPL ini meningkat dari beberapa waktu lalu, yang hanya 20 persen lalu. (Istiqomatul Hayati-Tempo News Room)