TEMPO.CO, Jakarta – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dijadwalkan menandatangani kontrak pekerjaan sipil proyek kereta cepat Jakarta–Bandung yang diagendakan pada hari ini, Senin, 23 Januari 2016. Direktur Utama Wijaya Karya Bintang Perbowo mengatakan penandatanganan kontrak engineering procurement and construction (EPC) itu mendahului perjanjian pembiayaan. “Penandatanganan nanti Senin dengan PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC),” kata dia kepada Tempo di Jakarta, Minggu, 22 Januari 2017.
Penandatanganan kontrak pekerjaan sipil itu menindaklanjuti letter of agreement yang telah dibuat pada pertengahan Desember 2016. Saat itu, letter of agreement proyek senilai US$ 4,302 miliar tersebut diteken oleh wakil High Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC) dengan Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan.
Baca Juga: Ini Poin-poin Kesepakatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
WIKA masuk dalam konsorsium HSRCC. Dalam konsorsium itu, WIKA mendapat porsi 30 persen pekerjaan yang nilainya sekitar US$ 1,29 miliar atau setara Rp 16,858 triliun. “Tapi, baru Senin ini kontrak EPC-nya,” kata Bintang menegaskan.
Selanjutnya, kata Bintang, penandatanganan perjanjian pembiayaan proyek akan dilakukan pada pekan ini setelah kontrak EPC pekerjaan sipil. Tahap ini dilakukan oleh KCIC dengan China Development Bank sebagai kreditor pembiayaan proyek. “Cina minta teken kontrak EPC dulu, terbalik. Wajarlah, pinjaman nilainya gede, enggak ada jaminan dari pemerintah,” ujar dia.
Menurut Bintang, syarat-syarat perjanjian pembiayaan antara China Development Bank dan KCIC sudah tak ada kendala berarti. Lahan proyek, misalnya, sudah dibebaskan 93 persen. “Tinggal nanti menyerahkan surat-surat tanah yang telah dikuasai oleh KCIC dan lainnya,” kata Bintang.
Baca: Jakarta-Surabaya Cukup Kereta Ekspres Saja, Ini Kajian BPPT
Lahan yang belum dikuasai oleh KCIC adalah area di antara Karawang dan Purwakarta. Lahan industri itu belum bisa dibebaskan karena kesepakatan harga pembebasan belum tercapai. “Pokoknya, mahal harganya,” kata Bintang. Adapun untuk pengganti lahan Perhutani yang terpakai di Purwakarta, kata Bintang, KCIC sudah memberikan lahan yang luasnya mencapai dua kali lipat.
Sebelum perjanjian pembiayaan disepakati, kata Bintang, WIKA akan mengandalkan setoran modal bersama konsorsium untuk melanjutkan pekerjaan sipil. WIKA sebelumnya menyatakan bahwa lahan di Halim Perdanakusuma—yang akan dijadikan area stasiun—belum diserahkan sehingga, menurut Sekretaris Perusahaan WIKA Suradi, perseroan memulai konstruksi proyek di Walini, Bandung Barat. “Yang sudah diserahkan kami kebut dulu,” ujar Suradi.
KHAIRUL ANAM