TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memaparkan asumsi makro yang diusulkan oleh pemerintah dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017. Untuk 2017, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai kisaran 5,3-5,9 persen.
"Untuk inflasi di kisaran 3-5 persen, nilai tukar rupiah di kisaran 13.650-13.900 per dolar AS, dan suku bunga SPN (surat perbendaharaan negara) 3 bulan di kisaran 5-6 persen," kata Bambang dalam rapat anggaran bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 6 Juni 2016.
Agar asumsi pertumbuhan ekonomi itu dapat tercapai, pemerintah berharap konsumsi rumah tangga akan tumbuh di kisaran 5,1-5,2 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 6,5 persen, dan investasi tumbuh di kisaran 6,4-7,3 persen. "Kami berharap ekspor dan impor juga tumbuh positif, tidak lagi negatif seperti sejak tahun lalu," ujar Bambang.
Dari sisi sektoral, menurut Bambang, pertumbuhan di sektor pertanian mencapai 4,1-4,3 persen, sektor pengolahan mencapai 6-6,5 persen, sektor transportasi mencapai 7-8,8 persen, serta sektor informasi dan komunikasi mencapai 10,5-10,9 persen. "Ini adalah sektor-sektor yang kami harap jadi penopang pertumbuhan," katanya.
Selain itu, menurut Bambang, pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah berada di kisaran US$ 35-45 per barel dalam RAPBN 2017. Sementara itu, kata Bambang, produksi gas bumi bisa mencapai 1,05-1,15 juta barel per hari setara minyak.
Produksi minyak mentah, menurut Bambang, juga diprediksi bisa mencapai 740-750 ribu barel per hari. "Terjadi penurunan karena sumur minyak kita sudah tua dan kegiatan eksplorasi sumur minyak baru terbatas. Minat investasi juga turun signifikan karena harga minyak turun," katanya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI