TEMPO.CO , Bangkalan: Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) tengah menggarap sebuah buku khusus mengangkat tema tentang kerajinan batik. Ulika Triyoga, East Area HR Ops & Comdev Team Leader PT PHE WMO mengatakan buku ini secara khusus mengangkat tema tentang sejarah dan kekhasan batik Tanjung Bumi di Kabupaten Bangkalan.
Menurut Ulika, ide pembuatan buku ini muncul karena hingga saat ini belum ada satu pun buku terbitan Tanah Air yang secara khusus membahas tentang batik Tanjung Bumi. Padahal, menurut beberapa literatur terbitan luar negeri, batik Tanjung Bumi yang dikenal batik 'gentongan' sudah terkenal di benua Amerika dan Eropa sejak awal tahun 1990an.
"Karena fakta inilah, kami tertarik untuk membuat buku yang rencananya diberi judul "”Batik Tanjoeng Boemi” The Art of Madura Batik," kata Ulika, Sabtu, 13 Juni 2015.
Ulika menambahkan, buku tersebut nantinya tidak hanya membahas tentang batik 'gentongan' yang sudah melegenda. Buku itu juga akan membahas secara menyeluruh tentang kekayaan motif batik yang dibuat-buat ibu rumah tangga di Desa Tanjung Bumi, Kecamatan Tanjung Bumi tersebut. "Batik Tanjung Bumi tak hanya gentongan, banyak batik motif lain yang tak kalah menawan," ujar dia.
Ulika menambahkan buku tersebut merupakan salah satu upaya untuk terus menjaga kekayaan kearifan lokal di Bangkalan. "Buku ini bisa menjadi rujukan bagi para wisatawan dalam dan luar negeri untuk mengenal batik Tanjung Bumi".
Para pengrajin batik dari Tanjung Bumi Bangkalan memang terkenal kreatif dalam mengembangkan kreasi batik. Selain motif yang beragam, salah satu batik asal Tanjung Bumi yang sedang digandrungi pecinta batik adalah batik aromaterapi. "Saat dibuka bungkusnya, langsung muncul wewangian," kata Halimah, salah satu pemakai batik aromaterapi.
Menurut Mahrus, salah pedagang di sentra batik Kecamatan Burneh, bahan dasar batik aromaterapi adalah batik tulis Tanjung Bumi. Aramo terapi tersebut muncul karena direndam dengan aneka macam wewangian sebelum dipasarkan. Keharumannya bisa bertahan hingga tiga bulan. "Batik ini sudah menembus pasar asia, seperti Malaysia, Singapura bahkan Arab Saudi," katanya.
MUSTHOFA BISRI