Aminah mencoba menularkan hasil temuan produk pecel semanggi instannya ini kepada para tetangganya. "Hanya saja para tetangga, ibu-ibu itu sementara ini masih belum mau ribet," katanya.
Memang, diakuinya, untuk membuat bumbu pecel semanggi ke dalam produk instan pembuatannya jauh lebih lama daripada yang biasanya membuat bumbu untuk langsung disajikan.
Meski Aminah telah meyakinkan, menjual produk instan dengan yang untuk disajikan penghasilannya juga sama.
"Ibu-ibu yang berjualan keliling kampung itu, kalau habis, sehari bisa dapat Rp350 ribu. Sama, saya sehari minimal juga dapat segitu. Tapi saya kan di rumah, gak capek-capek muter menggendong semanggi keliling kampung," ungkapnya.
Namun setidaknya sampai sekarang Aminah tidak pernah lelah menyerukan agar para tetangganya itu menjual pecel semanggi dengan cara modern. Meski tidak harus menjual produk semanggi instan seperti yang dilakukannya.
Paling tidak dia sudah menyarankan untuk menuliskan nomor ponsel mereka besar-besar di keranjangnya agar kalau ada pesanan dalam jumlah besar, orang-orang itu tahu harus menghubungi siapa.
Kini malah Aminah mencemaskan keberadaan tumbuhan semanggi itu sendiri. Mengingat pembangunan kota kini juga merambah ke wilayah Surabaya Barat, tempat para penghasil pecel semanggi di Sambikerep ini bermukim.
"Orang-orang sejak beberapa tahun yang lalu sudah banyak yang melepas lahannya ke pengembang," tuturnya. Bahkan kini dikatakan Aminah, banyak warga yang menanam semanggi ke lahan yang telah dibeli pengembang.
"Nah, kalau lahan-lahan yang ditanami warga itu sudah dibangun oleh pengembang, bukankah kita sudah tidak punya lahan lagi untuk menanam semanggi," imbuhnya.
Aminah pernah mengusulkan ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, agar Pemkot Surabaya menyediakan lahan khusus untuk tanaman semanggi.
"Katakanlah Pemkot punya kebun semanggi sendiri, kan enak. Bisa dibuat untuk tempat wisata juga, tempat di mana orang-orang bisa mengenal tanaman semanggi, yang di sana nantinya wisatawan bisa memetik, sekaligus membuat sendiri pecel semanggi, makanan tradisional khas Surabaya," usulnya. Namun hingga kini usulannya itu masih belum direspon oleh Wali Kota Tri Rismaharini.
ANTARA