TEMPO.CO, Jakarta - Pasokan minyak mentah ke kilang milik Pertamina tidak terpengaruh walau produksi minyak Banyu Urip, Blok Cepu, sempat turun.
Vice President Crude Product Trading and Commercial Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Hasto Wibowo mengatakan pasokan minyak mentah akibat kendala lifting minyak Banyu Urip masih bisa diatasi. Pasokan minyak ke kilang tak terganggu karena stok di kilang masih terjaga.
Baca juga: Pertamina Cari Mitra Baru Tambah Kapasitas Kilang Dumai
Pasokan minyak Banyu Urip diolah di beberapa kilang Pertamina. Untuk menambah penghematan biaya crude, Perseroan menargetkan untuk mengolah minyak Banyu Urip dengan volume 4.800 ribu barel (MB) per bulan atau sekitar 160 ribu barel per hari (bph). Dari target tersebut, pasokan terbanyak akan disalurkan ke Kilang Dumai sebanyak 1.300 MB per bulan, serta masing-masing 800 MB per bulan ke Kilang Cilacap, Kilang Balikpapan, dan Kilang Balongan.
Pada 2016, Pertamina, melalui anak usahanya PT Pertamina EP Cepu, mendapatkan sekitar 74 ribu bph minyak Banyu Urip karena memiliki hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 45 persen. PI yang sama juga dikuasai ExxonMobil Cepu Limited sebagai operator, serta sisanya empat badan usaha milik daerah (BUMD) Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi lokasi operasi.
Selain mengolah minyak dari PT Pertamina EP Cepu, kilang mengolah minyak bagian negara dari kontrak kerja sama yang diteken pada September 2005.
Simak: OJK Rekomendasikan 1.250 Nelayan Terima Asuransi
"Buffer stock aman. Ini baru tanggal 15 Februari. Kondisi masih terkontrol," ujar Hasto saat dihubungi Bisnis, Rabu, 15 Januari 2017.
Dihubungi terpisah, Vice President Public and Government Affair ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto mengakui penurunan produksi dilakukan untuk mencegah kepenuhan tangki. Menurut dia, buruknya cuaca dan tingginya ombak tak memungkinkan dilakukannya lifting.
"Minggu lalu, untuk beberapa hari, kami tidak bisa lifting dari FSO Gagak Rimang karena cuaca jelek dan ombak besar sehingga tankernya tidak bisa merapat," ujar Erwin.
Kendati demikian, Erwin menyebut, sejak Ahad, 5 Februari, produksi Banyu Urip telah kembali normal. Dalam beberapa hari terakhir sedang dilakukan tes produksi dari 185 ribu bph ke 200 ribu bph untuk memastikan kerja sumur dan fasilitas produksi.
Menurut Erwin, kemampuan fasilitas produksi masih sesuai kalaupun produksi dinaikkan. Guna mengantisipasi kendala lifting, pihaknya akan menggunakan tanker dengan kapasitas lebih besar sehingga produksi yang lebih tinggi bisa terakomodasi kendati kapasitas FSO tak ditambah.
Adapun FSO Gagak Rimang yang ditambatkan di lepas pantai Tuban, Jawa Timur, itu memiliki kapasitas 1,7 juta barel.
"Sejak hari Minggu kemarin produksi sudah normal. Kapasitas FSO tidak ada masalah. Saat ini kami sedang melakukan high rate test dengan tingkat produksi 200 ribu bph," kata Erwin.