BISNIS.COM, Jakarta - Dinas Peternakan Jawa Barat mengalami kesulitan menekan jumlah produksi dan pasokan bibit ayam umur sehari atau day old chicks (DOC) yang berlebih secara langsung kepada perusahaan breeding farm.
Kepala Dinas Dody Firman Nurgraha beralasan sulitnya menekan DOC berlebih karena tidak memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan dan penindakan terhadap breeding farm. Padahal, sekitar 60 persen breeding farm berada di Jabar.
Menurut Dody, pengawasan dan penindakan dari aspek produksi hingga sebaran DOC, yakni Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
"Kami hanya bisa melakukan pertemuan dengan masyarakat yang notabene peduli dengan pasar perunggasan. Kami telah melakukannya sekitar sebulan lalu dan merumuskan berbagai hal untuk direkomendasikan kepada pemerintah pusat dan pengusaha breeding farm agar suplai DOC tidak terus berlebih," ujar Dody kepada Bisnis.com, Rabu, 29 April 2015.
Dody menyatakan hal yang menjadi rekomendasi kepada pemerintah pusat dan pengusaha breeding farm berupa penurunan produksi DOC yang kian melimpah. Pasalnya, pasokan DOC berlebih berdampak pada penurunan harga di tingkat peternak turun. Bahkan, daya jual ayam pun ikut rendah.
Idealnya, Dody menilai hasil yang bisa didapat peternak seharusnya bisa Rp 40 juta per pekan. Namun, saat ini pendapatan berkurang akibat pasokan DOC dari breeding farm berlebihan.
Kendati demikian, penurunan pasokan DOC tersebut tidak bisa dalam waktu cepat, harus secara bertahap. “Dalam jangka pendek diharapkan pasokan DOC turun 20 persen,” kata Dody.
Akibat kesulitan pemantauan, Disnak Jabar juga belum memiliki data total produksi DOC di masing-masing breeding farm untuk tahun 2015. "Sementara ini baru ada dua breeding farm yang melaporkan jumlah produksi DOC-nya kepada kami," ujarnya.