TEMPO.CO, CALIFORNIA -- Analis lembaga riset Enderle Group, Rob Enderle, mengatakan Facebook Inc tidak menunjukkan praktek manajemen yang baik saat mengakuisisi perusahaan penyedia aplikasi chatting, Whatsapp Inc. Menurut dia, nilai akuisisi US$ 19 miliar (Rp 221,9 triliun) sangat berlebihan. "Ini hal yang sangat gila, Facebook melakukannya karena mereka putus asa," kata dia kepada CNBC, Kamis 17 Februari 2014.
Enderle menduga Facebook mau membayar mahal untuk menguasai Whatsapp karena takut ditinggalkan pengguna. Hal ini dinilai berlebihan, mengingat Facebook memiliki lebih dari 1 miliar pengguna. Ini jauh lebih besar ketimbang perusahaan media sosial lain dengan jumlah pengguna paling banyak 500 juta orang. Lagipula, kata Enderle, akuisisi WhatsApp tidak akan menambah jumlah pengguna Facebook secara signifikan. "Cara terbaik menambah pengguna adalah menambahkan hal baru di situsnya," ujar dia.
Tapi Enderle menghargai transaksi Facebook-Whatsapp sebagai bagian dari strategi perusahaan. Strategi yang tidak biasa, kata dia, lazim dilakukan perusahaan yang besar di era dotcom.
Senada dengan Enderle, analis dari Morningstar, Rick Summer, menilai akuisisi menunjukkan kelemahan Facebook dan perusahaan media sosial lainnya dalam mendongkrak pertumbuhan bisnis. Dalam jangka pendek, investor di pasar modal mungkin melihat akuisisi ini sebagai strategi yang menarik dan menguntungkan. Namun, pandangan ini akan menjadi bumerang jika target pertumbuhan pasca-akuisisi tidak tercapai.(baca:CEO Facebook dan WhatsApp Sama-sama Senang)
Facebook mengumumkan telah mengakuisisi Whatsapp dengan bayaran saham dan uang tunai. Pada tahap awal, Facebook merogoh uang tunai US$ 4 miliar dan memberikan saham senilai US$ 16 miliar untuk Whatsapp. Adapun sisa US$ 3 miliar diberikan dalam bentuk saham bagi pendiri Whatsapp. Ini adalah transaksi terbesar yang pernah dilakukan Facebook.
Melalui transaksi ini, Facebook ibarat membeli setiap pengguna Whatsapp. Jika dihitung dengan nilai uang, ongkos yang harus dikeluarkan Facebook sebesar US$ 42 per orang. Angka ini lebih besar ketimbang akuisisi Instagram yang dilakukan Facebook beberapa tahun lalu, dengan ongkos US$ 33 per orang.
Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan tujuan dari akusisi Whatsapp adalah menambah jumlah pengguna serta menghubungkan semakin banyak orang di dunia. Zuckerberg pun berjanji tidak akan memasang iklan di Whatsapp. Padahal, selama ini iklan menjadi sumber pendapatan utama Facebook. "Strategi eksplisit kami beberapa tahun berikutnya adalah meningkatkan jumlah pengguna," demikian kata Zuckerberg, seperti dikutip dari Tech Crunch.
Senada dengan "bos" barunya, Kepala Eksekutif Whatsapp, Jan Koum, mengatakan aplikasi buatannya tidak akan dipasangi iklan, game, atau gimmick pemasaran lainnya. Menurut Koum, kesederhanaan adalah ciri khas yang diunggulkan Whatsapp untuk bersaing dalam pasar aplikasi chatting. "Jika Anda ingin bermain game, ada banyak situs dan perusahaan hebat yang menciptakannya," ujar dia.(baca:Facebook Dekati WhatsApp Sejak Dua Tahun Lalu)
Terbukti, jumlah pengguna WhatsApp mampu bertumbuh hingga 30 juta dalam sebulan, dari Desember 2013 hingga Januari 2014. Saat ini, Whatsapp memiliki 430 juta pengguna. Dalam sehari, ada 50 miliar pesan yang terkirim melalui layanan ini, bersaing ketat dengan pesan pendek (short message services/SMS) yang digunakan banyak operator seluler di dunia.
Analis dari eMarketer, Cathy Boyle, mengatakan Facebook membidik Whatsapp karena populer di kalangan remaja. Kelebihan lain dari Whatsapp, kata Boyle, adalah kemampuannya dalam menembus batas-batas wilayah geografis dan berbagai zona ekonomi di seluruh dunia. "Whatsapp memiliki kemampuan penetrasi yang hebat dibanding Facebook," kata dia.
FERY FIRMANSYAH | SATWIKA MOVEMENTI | AYU PRIMA SANDI |
Berita Terkait:
CEO Facebook dan WhatsApp Sama-sama Senang
Facebook Janji Tak Pasang Iklan di WhatsApp
CEO WhatsApp: Kami Tidak Akan Berubah
Facebook Dekati WhatsApp Sejak Dua Tahun Lalu