TEMPO.CO, Jakarta- Acton menjadi teman karib dan menampung Koum. Mereka bekerja di Yahoo hingga 2007. Mereka pergi jalan-jalan ke Amerika Selatan selama setahun. Saat Facebook naik daun, mereka sempat mendaftar jadi pegawai. Hasilnya ditolak. "Kami adalah bagian dari Facebook Reject Club," ujar Acton.
Pada 2009, mereka mendirikan WhatsApp. Saat itu platform BlackBerry Mesengger lagi ngetop. Namun, hanya terbatas pada sesama pengguna perangkat Blackberry. Di sisi lain, iPhone dan ekosistem masih bayi. "Aku beli iPhone dan menyadari bahwa industri aplikasi adalah industri baru," kata dia.
Dalam bayangan Koum, WhatsApp lintas perangkat, lintas OS, dan lintas negara. Mereka mengratiskan layanan ini pada tahun pertama. Selanjutnya, mereka memungut fee US$ 1 per tahun. Layanan ini tanpa diselingi iklan. Sebab, iklan jadi momok bagi Koum. Saat pecahnya investasi dotcom pada awal 2000-an, Acton rugi jutaan dolar karena berinvestasi di sektor periklanan. "Bekerja dengan iklan membuat depresi," ujar Koum. "Anda tak akan membuat kehidupan lebih baik dengan membuat periklanan yang baik".
Aplikasi ini belum ada bentuknya. Koum akhirnya membuat code yang memungkinkan aplikasi ini bisa nomer telepon semua negara di dunia. Awalnya, aplikasi ini sering crash. "Saya bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memperbaharui ratusan kode telepon di semua daerah," ujarnya.
Nur Rochmi | Forbes |CNET
Baca Juga :
CEO Facebook dan WhatsApp Sama-sama Senang
Facebook Janji Tak Pasang Iklan di WhatsApp
CEO WhatsApp: Kami Tidak Akan Berubah
Facebook Dekati WhatsApp Sejak Dua Tahun Lalu
Zuckerberg Ingin Pengguna WhatsApp Capai 1 Miliar
Alasan Mark Zuckerberg Memilih WhatsApp