TEMPO.CO,Kediri - Rusaknya tanaman tembakau akibat anomali cuaca tidak mengancam produksi PT Gudang Garam. Perusahaan rokok terbesar itu mengklaim telah memiliki stok tembakau untuk 10 tahun mendatang.
Juru bicara PT Gudang Garam Tbk Yuki Prasetyo mengatakan rusaknya tanaman tembakau di sejumlah lahan pertanian masyarakat tak menjadi ancaman serius. Panen tahun ini akan disimpan dan baru digunakan beberapa tahun ke depan. "Tidak ada masalah dengan kerusakan panen sekarang," kata Yuki kepada Tempo, Selasa 16 Juli 2013.
Dia menyadari potensi panen tembakau saat ini cenderung turun. Hampir seluruh kawasan pertanian tembakau yang memasok bahan baku kepada Gudang Garam mengalami hal serupa. Tembakau perusahaan ini dipasok oleh petani di wilayah Jember, Madura, dan Temanggung. Selain tiga sentra besar tersebut, tembakau dari Tuban dan Bojonegoro juga masuk ke Gudang Garam dalam kapasitas kecil.
Menurut Yuki, tembakau yang dipanen petani tidak serta merta langsung digunakan untuk produksi. Tembakau itu disimpan terlebih dulu dalam gudang tembakau untuk waktu lama. "Semakin lama disimpan semakin gurih," kata Yuki.
Karena itu meski terjadi gangguan panen tembakau di sejumlah daerah, Gudang Garam tak pernah khawatir kekurangan bahan baku. Stok tembakau yang ada saat ini diklaim masih mencukupi untuk kebutuhan produksi hingga 10 tahun ke depan.
Perusahaan yang bermarkas di Kediri, Jawa Timur ini juga siap melakukan pembelian tembakau dari petani meski mengalami perubahan harga. Sebab sudah menjadi hukum pasar dimana terjadi kelangkaan stok akan diikuti kenaikan harga.
Tingginya curah hujan di musim kemarau ini telah menghancurkan sedikitnya 1.000 hektar tanaman tembakau di Kabupaten Jember. Sejak Mei hingga Juni, tanaman tembakau milik petani Jember tersisa seluas 9.037 hektare. Saat ini tembakau yang paling banyak layu dan mati adalah tembakau jenis Kasturi, yakni 824 hektare. Tanaman tembakau jenis Besuki Na Oogst Tanam Awal (BesNOTA) yang rusak dan mati 413 hektare.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Jember menyatakan tanaman tembakau ini mati akibat hujan yang masih kerap turun hingga Juli. "Memang di luar perkiraan, bulan ini seharusnya kering, malah sering hujan deras,"kata Kepala Perkebunan dan Kehutanan Jember Masykur.
HARI TRI WASONO