TEMPO.CO, Jakarta - - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) menyatakan menghadapi persaingan berat dengan maskapai penerbangan berbiaya rendah atau low cost carrier dalam beberapa tahun terakhir. "Karena persaingan tersebut, jumlah penumpang kami menurun sejak 2003," kata Manajer Korporasi Pelni, Mungi Panti Retno, saat dihubungi Tempo, Senin, 15 Juli 2013.
Untuk itu, katanya, , Pelni meminta subsidi atau public service obligation dari pemerintah. Mungi menyebutkan, hingga saat ini, dana subsidi tersebut masih belum cair. Sbsidi tersebut diperlukan untuk menutup biaya operasional Pelni akibat menurunnya jumlah penumpang.
"Meski menjelang masa mudik Lebaran, sampai saat ini juga belum ada lonjakan pesanan tiket," ucapnya. Biasanya, kata dia, lonjakan pesanan baru muncul pada H-15 dan H-14 Lebaran. Ia memperkirakan masyarakat masih lebih berminat dengan LCC untuk mudik.
Tantangan lain bagi Pelni, Mungi menjelaskan, adalah harga tiket yang stagnan. Ia berujar, meski angkutan lain menaikkan tarif menjelang Lebaran, Pelni tetap memberlakukan tarif yang sama. Mungi mengimbuhkan, pada masa mudik Lebaran nanti, Pelni akan mengoperasikan 25 kapal penumpang, satu kapal Ro-Ro, serta tiga kapal perintis.
Di luar masa mudik Lebaran, jumlah kapal Pelni yang beroperasi sama. Namun, ada kapal yang masih harus menjalani docking di luar masa mudik. "Kalau nanti untuk mudik, semua kapal harus selesai docking dua pekan sebelum Lebaran," ujarnya.
MARIA YUNIAR