TEMPO.CO, New York - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, ada lima mitos soal Indonesia yang selama ini salah kaprah. Perkembangan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia selama 10 tahun terakhir membuat kelima mitos itu, kata SBY, sudah saatnya direvisi.
Ini disampaikan SBY dalam pidatonya pada Indonesia Investment Day di Bursa Saham New York atau New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Senin pagi waktu setempat, 24 September 2012.
Fakta yang mendukung perubahan atas kelima mitos ini, kata SBY, dia kutip dari laporan Institut McKinsey, lembaga think-tank ekonomi dan pemerintahan global. Laporan itu berjudul The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential.
"Dalam laporannya, McKinsey mengutip dan menyangkal setidaknya lima mitos tentang Indonesia. Sekarang saya akan menjelaskan secara singkat lima mitos tersebut dan berharap tidak ada lagi perdebatan mengenai hal tersebut," kata SBY.
Mitos pertama adalah perekonomian Indonesia relatif tidak stabil. Kenyataannya, kata SBY, pertumbuhan Indonesia lebih konsisten dibandingkan negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi atau OECD maupun BRIC (Brasil, Rusia, India, Cina).
"Sejak tahun 2001, perekonomian Indonesia telah secara konsisten tumbuh cepat setiap tahun, kecuali pada tahun 2009, yang tumbuh 4,6 persen karena krisis keuangan global," SBY menjelaskan. Tahun ini, Indonesia memproyeksikan pertumbuhan 6,5 persen.
Mitos kedua adalah cerita bahwa pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya bertumpu di Jakarta. Kenyataannya, kota-kota besar lain dan kota menengah juga tumbuh, seperti Surabaya, Makassar, dan Medan.
Mitos nomor tiga mengatakan bahwa perekonomian Indonesia tidak berbeda dari model pertumbuhan yang lebih banyak didorong ekspor. "Yang benar adalah bahwa ekspor memainkan peran yang jauh lebih simpel dalam perekonomian Indonesia," kata SBY. Separuh pertumbuhan Indonesia memang didorong oleh konsumsi pasar domestik. Ini berkat populasi penduduk Indonesia yang nomor empat terbesar di dunia.
Menurut mitos nomor empat, perekonomian Indonesia terutama didorong oleh sumber daya alam. "Kenyataannya adalah bahwa peran sumber daya, sebagaimana ekspor, secara proporsional mulai berkurang dibandingkan dengan peran investasi dan konsumsi," kata SBY lagi.
Sedangkan mitos kelima menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh adanya buruh murah. Faktanya, tenaga kerja di Indonesia memang besar, namun produktivitasnya juga meningkat. "Memang ada ruang untuk perbaikan angkatan kerja, dan kami sedang melakukan hal itu," ujar SBY.
WAHYU | PRESIDENSBY.INFO
Berita Terpopuler:
Penyidik KPK yang Ditarik Mengaku Diteror
Taufiq Kiemas Kapok Koalisi dengan Gerindra
Tujuh Polwan Pernah Menyamar Jadi Pelacur Keyko
Pemilik Situs Triomacan2000 Dilaporkan ke Polisi
Kemenangan Jokowi Untungkan Siapa?