TEMPO Interaktif, Jakarta - Target produksi gula nasional sebesar 2,7 juta ton pada 2011 diperkirakan tidak tercapai. Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri) Soemitro Samadikoen memperkirakan produksi gula tahun ini hanya 2,4 juta ton
Sebab, kata Soemitro, pada penetapan target produksi di awal tahun, pemerintah berharap rendemen pabrik gula milik negara bisa sampai 7 persen. "Padahal, pada praktek lapangan, berdasarkan pantauan kami rendemen hanya 5-6 persen," kata dia hari ini, Kamis, 21 Juli 2011 di Jakarta.
Menurut dia, besaran rendemen yang lebih rendah berarti sangat besar. Misalnya saja, produktivitas tebu mencapai 100 ton per hektare. Jika rendemen 7 persen, maka gula yang diproduksi bisa mencapai 7 ton. Sedangkan, jika rendemen hanya 6 persen, maka produksi gula 6 ton.
Soemitro mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas, dibutuhkan intensifikasi pertanian dan revitalisasi pabrik gula. "Cara itu lebih baik. Kalau ada pola pikir peningkatan produksi dengan penambahan lahan, itu keliru," ujarnya.
Petani, kata Soemitro, sudah melakukan langkah memperbaiki produktivitas tanaman. Petani juga minta hasil produksi dihargai lebih tinggi dengan rendemen 9 persen. Lebih tinggi dari nilai rendemen sekarang yang rata-rata hanya 7 persen.
Jadi, sekarang tinggal membenahi produktivitas pada pabrik. Peningkatan produksi gula di pabrik bukan hal yang tidak mungkin. "Dulu, dengan lahan 200 ribu hektare, Indonesia bisa produksi 3 juta ton dengan rendemen 15 persen," kata dia. Pabrik gula di Lampung pun mampu menghasilkan gula dengan rendemen di atas 10 persen. Tidak seperti pabrik gula di Jawa.
EKA UTAMI APRILIA