TEMPO Interaktif, Bogor - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berambisi membawa Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi 7-8 persen pada 2014. Angka itu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, yang diperkirakan mencapai 6 persen. Presiden juga berharap produk domestik bruto Indonesia bisa mencapai paling sedikit US$ 1 triliun.
Upaya meraih target itu akan digeber mulai tahun depan. "Tahun 2011 adalah tahun pertama percepatan dan perluasan perekonomian kita," kata Presiden Yudhoyono dalam sidang kabinet terbatas bidang perekonomian di Istana Bogor kemarin. Sidang yang digelar mendadak ini dihadiri seluruh menteri bidang perekonomian, Gubernur BI Darmin Nasution, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, jika ambisi itu bisa dicapai pada 2014, Indonesia menjadi negara terkuat keenam di bidang perekonomian pada 2050. Saat itu pendapatan per kapita Indonesia akan melonjak menjadi US$ 5.000. Saat ini pendapatan per kapita Indonesia sekitar US$ 3.000. Hatta hakulyakin Indonesia punya segudang potensi untuk mencapai target tersebut.
Saat ini Indonesia mulai menyodok ke deretan negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar. Indonesia berada di peringkat ke-16 besar dunia. Pemerintah berharap, dalam dua tahun ini, pertumbuhan ekonomi meroket ke angka 6,8 persen dengan produk domestik bruto senilai US$ 1,2 triliun. Angka itu juga diperkirakan naik berlipat menjadi US$ 3,7-4,7 triliun pada 2025 dengan pendapatan per kapita US$ 12.800-16.160. Saat itu, "Indonesia bisa menjadi kekuatan sepuluh besar dunia," katanya.
Untuk mengejar target itu, pemerintah akan membuat pertumbuhan ekonomi merata ke seluruh negeri, bukan cuma di Jawa. Pemerintah juga akan menyiapkan enam koridor pengembangan, yakni Sumatera-Banten, Pantai Utara Jawa, Kalimantan, lintas barat Sulawesi, Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara, dan Papua. Koridor itu dikembangkan dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya yang ada.
Pemerintah juga bakal mendorong pembangunan fasilitas pengolahan agar ekspor barang mentah bisa ditekan. "Ekspor barang olahan nilainya lebih tinggi," Hatta menambahkan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Ahmad Erani Yustika ragu pemerintah bisa meraih pertumbuhan ekonomi 7-8 persen. "Itu tidak realistis karena pemerintah berjalan lamban," katanya kemarin. Pemerintah, kata Erani, punya PR (pekerjaan rumah) besar, yakni membenahi banyak hal, mulai perbaikan iklim investasi, infrastruktur, jaminan ketersediaan bahan bakar, hingga kemudahan izin usaha. "Saya khawatir target pemerintah ini jadi bahan olok-olokan saja."
Menurut hitungan Erani, pertumbuhan ekonomi yang paling realistis berkisar pada angka 6,5 persen, yang bisa dicapai pada 2011, dengan produk domestik bruto sebesar Rp 6.500 triliun. "Tiap tahun saya perkirakan PDB naik 10 persen. Ini yang paling realistis," ujarnya.
BUNGA MANGGIASIH | EKO ARI WIBOWO | ROSALINA