TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto bertemu mantan presiden Joko Widodo atau Jokowi di Solo, Minggu malam, 3 November 2024. Mereka bertemu di salah satu restoran yang mengusung suasana angkringan bernama Angkringan Omah Semar di Colomadu, dekat Kota Solo.
Pada kesempatan itu, keduanya berbincang sekaligus menikmati makanan khas Solo.
Usai melakukan pertemuan selama 1 jam, Prabowo sempat menjawab beberapa pertanyaan dari wartawan, termasuk makanan pada malam itu.
"Makan nasi goreng Jawa, enak," katanya.
Disinggung soal pembahasan pada perbincangan tersebut, Presiden Prabowo hanya menjawab singkat.
"Masalah ini dan itu," katanya.
Berbeda dengan Prabowo, Jokowi hanya melempar senyum kepada wartawan tanpa menyampaikan sepatah kata pun.
Pada kesempatan yang sama, terlihat pula Calon Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Calon Wali Kota Surakarta Respati Ardi yang kebetulan makan di tempat yang sama.
Respati mengaku tidak sempat berbincang dengan Prabowo maupun Jokowi.
"Tadi ketemu, menyapa. Akan tetapi, enggak sempat ngobrol," katanya.
Sebelumnya, Jokowi dan Prabowo menerima kunjungan calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil. Emil, demikian panggilan akrabnya, bertemu Prabowo di Jakarta dan mengunjungi Jokowi di Solo pekan lalu.
Sejarah Angkringan
Meskipun menyebut sebagai angkringan, namun Angkringan Omah Semar berbentuk restoran dengan sajian ala angkringan tenda pinggir jalan.
Angkringan sendiri didefinisikan sebagai warung sederhana di pinggir jalan dengan menu nasi kucing dan lauk sederhana seperti tahu dan tempe goreng, atau jerohan disajikan dalam bentuk sate.
Selama ini, angkringan identik dengan Yogya atau Solo. Angkringan pertama dibuka oleh Mbah Karso atau Djukut yang berasal dari Desa Ngerangan, Bayat, Klaten. Ia merantau ke Kota Surakarta atau Solo pada tahun 1930-an dan menjadi penjual sayur terik, seperti gule tapi tanpa kunyit.
Ia lalu menambahkan minuman kopi dan jahe, yang terus berkembang dan munculah istilah angkringan yang berasal dari kata nangkring atau duduk santai. Sekitar tahun 1950-an, angkringan mulai dikenal di Yogya dan menjadi langganan pekerja kelas bawah.
Pada 1980-an, angkringan jadi tempat makan mahasiswa dan mulai populer istilah 'sego kucing' untuk nasi dalam porsi sangat kecil dilengkap sambal dan sepotong kecil bandeng atau ikan teri.
Setelah itu, makan di angkringan jadi bagian atraksi turis dan mulai muncul angkringan dalam bentuk restoran. Angkringan juga banyak dibuka di luar Yogya dan Solo, bahkan sampai luar Jawa.
Angkringan juga banyak jadi bahan penulisan skripsi, mulai dari sejarah sampai strategi pemasarannya.
Pilihan Editor Serunya Lomba Ciak Sego Kucing di Ngangkring Art Fest 2024 Jogja