TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini Rabu, 31 Juli 2024 masih akan melemah. "Mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp16.290-Rp16.350," kata dia dalam analisis rutinnya.
Pada Selasa kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 19 poin di kisaran Rp16.300 per USD. Ibrahim mengatakan, fokus pasar beralih sepenuhnya ke suku bunga bank sentral AS. The Fed akan memulai pertemuan dua hari pada Selasa. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada akhir pertemuan, yakni Rabu.
"Namun, sinyal apa pun tentang kapan berencana untuk mulai memangkas suku bunga akan diawasi dengan ketat," kata dia. Secara umum, pasar memperkirakan penurunan suku bunga 25 basis poin pada September, tetapi masih meragukan pemotongan suku bunga lebih lanjut
Sementara dari Cina, serangkaian berita ekonomi yang mengecewakan telah mengguncang pasar. Berdasarkan jajak pendapat Reuters pada Senin, 29 Juli, aktivitas manufakturnya diproyeksikan menyusut untuk bulan ketiga pada bulan Juli.
Pada Senin, Citi juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Cina menjadi 4,8 persen dari 5 persen. Pasalnya, pertumbuhan kuartal kedua negara tirai bambu tidak memenuhi perkiraan analis, dengan catatan bahwa aktivitas ekonomi semakin melemah pada Juli. "Fokus minggu ini adalah serangkaian pembacaan indeks manajer pembelian dari Cina, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di Asia tersebut," tutur Ibrahim.
Dari dalam negeri, posisi utang pemerintahan naik menjadi Rp8.444,87 triliun hingga akhir Juni 2024, tiga bulan jelang berakhirnya masa jabatan Presiden Joko Widodo. Meskipun, rasio ini tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen produk domestik bruto (PDB) sesuai Undang-undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. Kementerian Keuangan merincikan, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,12 persen.
Merujuk buku APBN Kita, posisi utang pemerintah pada Juni 2024 meningkat dibandingkan Mei yang sebesar Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024. Dengan posisi utang tersebut, rasio utang per akhir Juni 2024 tercatat sebesar 39,13 persen terhadap PDB.
Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN), mencapai 87,85 persen. Per akhir Juni 2024, lembaga keuangan memegang sekitar 41,1 persen kepemilikan SBN domestik. Kepemilikan ini terdiri dari perbankan sebesar 22,1 persen dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 19 persen.
Kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia tercatat sekitar 23,1 persen yang antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 13,9 persen termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.
Pilihan editor: APBN Terus Minus, Akademikus Unpad Sebut Defisit Diperbolehkan untuk Negara Berkembang