Mereka menyadari bahwa geopolitik akibat perang dan konflik berisiko terhadap perkembangan ekonomi dunia. Sri Mulyani mengatakan, tren dan guncangan global memperburuk kesenjangan dan berdampak buruk bagi negara yang berpendapatan rendah.
"Pandemi, perubahan iklim, teknologi digital, fragmentasi, dan proteksionisme perdagangan memperparah kesenjangan dan berdampak negatif bagi negara berpendapatan rendah. Terutama bagi keluarga miskin, perempuan, dan daerah tertinggal”, kata Sri Mulyani dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat, 1 Maret 2024.
Para bendahara negara dan Gubernur Bank Sentral menilai, penting untuk melanjutkan upaya agar bank-bank pembangunan multilateral atau Multilateral Development Banks (MDBs) lebih baik, besar, dan efektif. Selain itu, mereka juga mendorong agar dua pilar perpajakan internasional segera diimplementasikan. Terutama untuk penandatanganan Konvensi Multilateral Pilar 1 pada akhir Juni 2024.
Tak hanya itu, penguatan upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi, serta meningkatkan mobilisasi pendanaan juga dinilai perlu untuk mendukung investasi infrastruktur dan transisi yang adil.
Di sela-sela agenda resmi tersebut, Sri Mulyani juga bertemu dengan Menteri Keuangan dari negara-negara sahabat dan pimpinan organisasi internasional. Adapun hal-hal yang dibahas meliputi isu makroekonomi global terkini, program kerja prioritas G20, serta rencana penyelenggaraan bilateral policy dialogue antara Indonesia dan negara mitra.
Pilihan Editor: Garuda Indonesia Tambah Frekuensi Penerbangan di Lima rute Internasional Akhir Maret 2024