TEMPO.CO, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) mencatat laba bersih sebesar Rp 4,8 triliun pada 2023 atau turun 10,5 persen jika dibandingkan dengan laba pada 2022.
Presiden Direktur Unilever Benjie Yap menyebut, faktor geopolitik berpengaruh pada anjloknya laba Unilever. Benjie menyebut, pada kuartal III 2023, bisnis perusahaan masih bertumbuh lewat kontribusi kenaikan penjualan domestik sebesar 3,3 persen yang didorong oleh pertumbuhan volume dasar positif 4,3 persen.
Baca Juga:
"Meski momentum positif itu terus berlanjut hingga Oktober 2023, pada November dan Desember dampak pergeseran sentimen disebabkan oleh situasi geopolitik mengakibatkan penjualan domestik tahun tutup buku Unilever di 2023 menjadi -5,2 persen," kata Benjie dalam agenda Laporan Kinerja Keuangan Unilever 2023 yang dipantau secara daring pada Rabu, 7 Februari 2024.
Benjie menyebut, sentimen negatif ini mulai meningkat akibat fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada November lalu. Sentimen ini juga diperkuat dengan hoaks dan informasi yang tidak benar.
Meski demikian, Benjie mengklaim, Unilever telah melakukan sejumlah upaya untuk meredam sentimen negatif ini. Benjie menjelaskan perseroan berupaya untuk mengklarifikasi informasi yang beredar dengan menggandeng sejumlah tokoh.
Selanjutnya: “Upaya kami untuk secara konsisten mengklarifikasi informasi...."