Dendi menambahkan, "AP I juga telah menyampaikan perubahan lay-out Daerah Keamanan Terbatas (DKT) kepada Direktorat Keamanan Penerbangan (Dirkampen)," tuturnya.
Dendi mengatakan proses bisnis pelayanan di Bandara Juanda menjadi lebih efisien melalui implementasi TPFT. Sebab, ada pengurangan titik bongkar muat dari 3 titik menjadi 1 titik, pengurangan proses pembongkaran logistik dari 2 proses menjadi 1 proses, pengurangan dokumen fisik dari 4 dokumen menjadi 2 dokumen. TPFT, kata dia, juga diharapkan berdampak pada penurunan biaya pemeriksaan kargo sebesar 30-40 persen.
"Simplifikasi dan efisiensi proses bisnis di TPFT ini menjadi salah satu kunci dari peningkatan pelayanan kargo dan logistik di Bandara Juanda Surabaya," kata Dendi.
Oleh karena itu, rencananya TPFT akan diterapkan di tiga bandara lain yang masuk prioritas implementasi Program NLE. Ketiga bandara tersebut, yakni Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, dan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Untuk mendukung Program NLE, lanjut Dendi, AP I juga menerapkan Cargo Integrated System (CIS) 2.0 di 10 bandara per 1 November kemarin. Sistem tersebut mendukung digitalisasi proses bisnis di terminal kargo bandara. Dendi mengatakan AP I menargetkan CIS 2.0 diimplementasikan di 14 bandara mulai 1 Januari mendatang.
"Kami berharap upaya-upaya ini akan berdampak positif terhadap seluruh proses layanan kargo dan logistik di bandara-bandara AP I dan memberikan multiplier effect positif terhadap jaringan distribusi kargo dan logistik secara nasional," kata Dendi.
Pilihan Editor: Wakil Kepala Otorita IKN Jadi Komisaris Utama PT PP