Adapun Ibrahim mengatakan 50 persen dari pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi rumah tangga, investasi, serta ekspor dan impor. “Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas,” kata pengamat rupiah itu.
Saat ini, menurutnya, negara-negara luar sedang mengalami permasalahan inflasi. Bahkan, data International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,9 persen pada 2024 dari perkiraan sebelumnya di angka 3 persen.
Konflik di Timur Tengah yang masih memanas hingga saat ini mengganggu pasokan energi dan pangan. Hal ini kemudian berujung pada naiknya harga minyak dan komoditi.
Ketidakpastian global juga dipicu perlambatan ekonomi Amerika dan China. Saat ini Amerika berada pada tekanan inflasi, sehingga memaksa The Fed harus menahan daya beli masyarakat. Namun, di sisi lain mereka juga harus bisa menjaga jumlah uang yang beredar.
Sementara China saat ini sedang mengalami kisruh Evergrande yang mengalami permasalahan keuangan. “IMF juga melaporkan bahwa pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme dikarenakan pressure inflasi tetap ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau bahkan menurun akibat ketidakpastian global,” kata Ibrahim.
Pilihan Editor: QR Code Tiket Kereta Cepat Whoosh Tak Bisa Digunakan Lagi jika Penumpang Cetak Tiket Fisik