Sunarso mengungkapkan bahwa keberhasilan dalam penyaluran kredit tersebut juga diiringi dengan penguatan terhadap aspek Environmental, Social & Governance (ESG) secara komprehensif dalam kegiatan bisnis perseroan. “Hingga akhir Kuartal III 2023, kredit ESG mampu tumbuh 11,89 persen menjadi sebesar Rp 750,91 triliun, sehingga porsinya mencapai 66,1 persen dari total portofolio kredit,” tuturnya.
Selain itu, BRI juga berhasil menurunkan Loan at Risk (LAR) hingga 13,80 persen pada akhir kuartal III 2023. Angka tersebut turun menurun jika dibandingkan dengan LAR pada September 2022 yang sebesar 18,68 persen. “Kami optimistis di tahun depan LAR BRI dapat kembali pada kondisi pra-pandemi, yakni di kisaran 9-11 persen,” kata Sunarso.
Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK sebesar Rp 1.290,29 triliun atau tumbuh 13,21 persen (yoy). “Penopang utama DPK BRI masih bersumber dari dana murah (CASA) dengan porsi mencapai 63,64 persen atau sebesar Rp 821,14 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari Giro BRI yang tumbuh sebesar 28,12 persen (yoy),” katanya.
Sementara Fee-based Income (FBI) juga tercatat tumbuh 12,19 persen (yoy) menjadi senilai Rp 15,56 triliun. Pencapaian FBI BRI tersebut sejalan dengan volume transaksi Super Apps BRImo yang tumbuh sebesar 66,87 persen (yoy) atau mencapai Rp 2.984 triliun dan jumlah pengguna yang mencapai 29,8 juta user.
Pilihan editor: BRI Buka Lowongan Kerja untuk Fresh Graduate, Ini Syaratnya