TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengakui bahwa industri-industri smelter nikel di Indonesia masih dimiliki asing. Sementara itu, kata Bahlil, 80 persen izin usaha pertambangan (IUP) dimiliki Indonesia.
"Kenapa smelternya ini dimiliki asing? Karena memang perbankan asing yang mau membiayai untuk pembangunan industri itu," kata Bahlil dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023 di Kawasan Senayan Jakarta, Rabu, 25 Oktober 2023.
Padahal, menurut Bahlil, balik modal dari pembangunan industri smelter itu terhitung cepat. "Mana ada investasi bisnis, lima-enam tahun break event poin (balik modal)," ucapnya.
Oleh karena itu, Bahlil mengatakan anggapan bahwa devisa hilirisasi nikel dimanfaatkan pihak asing ada benar dan tidak benarnya. Sebab, kata dia, investor memang harus mengembalikan pinjaman dan bunga kredit ke luar negeri. "Tetapi keuntungan dan opex-nya itu semua masuk ke Indonesia," kata dia.
Karena itu, Bahlil mendorong perbankan nasional dan investor nasional mau berkolborasi membangun industri strategis. "Itu opportunity bagus sekali."