TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memprediksi target pertumbuhan ekonomi 2024 akan sulit dicapai ketimbang tahun ini.
"Tahun 2023 saya enggak khawatir, tapi 2024 mungkin sulit untuk mengharapkan ekspansi dari GDP growth," kata Chatib dalam BNI Investor Daily Summit di Jakarta Pusat pada Selasa, 24 Oktober 2023.
Dalam hitungannya, menurut Chatib, jika ekonomi bisa tumbuh di atas 5 persen pada tahun depan, itu sudah sangat baik. "Mungkin pertumbuhannya sedikit di bawah 5 persen," ujar dia.
Menurut Chatib, regulator juga harus memberi sinyal arah stability over growth atau lebih mendorong stabilitas ketimbang pertumbuhan. Pasalnya, ada sejumlah tantangan besar yang masih akan dihadapi tahun depan.
Salah satunya adalah tantangan inflasi yang bersumber dari volatile food. Ini karena banyak negara melarang ekspor bahan pangan, seperti India dengan berasnya.
"Kalau negara ini melakukan restriksi ekspor, maka harganya naik," tutur Chatib.
Apalagi, lanjut dia, dikombinasikan dengan kenaikan harga minyak. Menurut Chatib, Bank Indonesia (BI) tidak bisa mengatasi isu-isu ini dengan kebijakan moneter, karena masalahnya adalah suplai.
Oleh sebab itu, kata Chatib, solusinya harus datang dari berbagai kebijakan fiskal dan perdagangan. "Saya khawatir kenaikan harga beras karena itu sangat sensitif secar politik, jadi mau enggak mau pemerintah harus memberikan subsidi atau Perlinsos (perlindungan sosial) dalam kaitannya dengan harga makanan," ujar dia.
Masalahnya, kata Chatib, pada saat yang sama harga minyak naik. Dia menuturkan, jika harga komoditas dan energi naik bersamaan maka burden atau beban dari subsidinya juga mengalami peningkatan, kecuali pemerintah menaikkan harga BBM.
"Untungnya fiskal kita sampai Agustus itu masih surplus, jadi ruangnya masih ada untuk meningkatkan alokasi bujet subsidi pangan, perlindungan sosial, dan absorb harga BBM," kata Chatib Basri.
Pilihan Editor: Sri Mulyani Siapkan Paket Kebijakan Agar Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen: Terutama untuk Jaga Daya Beli..