"Potensi lainnya karena di sekelilingnya didukung oleh desa wisata, destinasi yang menawarkan keindahan alam, seperti Tawangmangu, Boyolali, Ngawi, Sragen," katanya.
Ia menyebut dengan masing-masing potensi itu, perlu ada keterpaduan paket wisata antara Solo dengan kabupaten lainnya di sekitarnya tanpa saling meniadakan. Harapannya kegiatan MICE tidak hanya berhenti di Solo, namun juga dikemas dalam paket-paket wisata supaya kabupaten sekitar dapat merasakan dampak baik Solo.
"Dalam hal perencanaan pembangunan terkait pariwisata harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Kita jaga betul alam," ucapnya.
Dalam hal ini BOB mengambil peran untuk melakukan inventarisasi permasalahan dan program kerja masing-masing stakeholder dalam pengembangan kepariwisataan khususnya di 3 destinasi pariwisata nasional.
"BOB juga mendorong terwujudnya langkah-langkah yang terkoordinasi, sistematis, terarah, dan terpadu melalui koordinasi, sinkronisasi dan fasilitasi guna mendapatkan dukungan dari kementerian atau lembaga yang menjadi anggota Dewan Pengarah Badan Otorita dan juga pemangku kepentingan terkait lainnya," kata Agustin.
Melalui rapat koordinasi yang digelar hingga Kamis, 19 Oktober ini, BOB bersama seluruh stakeholder pariwisata di Kawasan Pariwisata Borobudur membahas program pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu juga melakukan identifikasi terhadap potensi dan peluang yang dapat di sinkronisasikan lintas provinsi/kabupaten/kota sekaligus meninjau permasalahan-permasalahan yang dapat di selesaikan pada level pemerintah pusat atau lintas Kementerian.
SEPTHIA RYANTHIE
Pilihan editor: Cerita Karim, Kepala Desa Tuksongo Pemilik UMKM Pati Aren Borobudur yang Berdayakan Warga