TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan di sektor perbankan dan keuangan HSBC menanggapi soal konflik Israel dengan kelompok Hamas. HSBC menyebut harga minyak kemungkinan naik karena perang Israel-Hamas.
Managing Director and Co-Head Asian Economic Research HSBC Holdings Plc. Frederic Neumann mengatakan para ekonom selalu berpikir tentang uang. Tapi sebagai manusia, konflik Israel dan Hamas di Timur Tengah adalah hal yang tragis.
Neumann menyebut pihaknya harus melihat arti kejadian tersebut bagi perekonomian global. Namun kemungkinan besar yang terdampak adalah harga minyak.
"Jadi jika kita mengalami ketegangan berkepanjangan di Timur Tengah, di Praha, hal itu dapat menaikkan harga minyak," kata Neumann dalam konferensi pers HSBC Summit 2023 di Jakarta pada Rabu, 11 Oktober 2023.
Tentu saja, lanjut dia, hal tersebut berdampak buruk bagi pertumbuhan perekonomian global. Artinya, inflasi yang lebih tinggi dan sebagainya yang bisa merugikan banyak negara, termasuk Indonesia.
Itu yang kedua. Yang pertama adalah tragedi kemanusiaan dan yang paling penting, tapi kemudian dampak ekonominya juga. "Namun hal ini juga menyoroti pentingnya memiliki lebih banyak sumber energi alternatif," ujar Neumann.
Hal ini lantaran suatu negara tidak akan terpapar tren kenaikan harga minyak jika memiliki lebih banyak sumber energi alternatif. Contohnya seperti panel surya, turbin angin, dan sebagainya.
Adapun harga minyak dunia kemarin melemah. Ini terjadi setelah sempat melonjak lebih dari 4 persen pada sesi sebelumnya.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: HSBC Summit Membahas Ketahanan Ekonomi Melalui Investasi