TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah terus melemah dalam sepekan terakhir. Pelemahan ini diprediksi terjadi hingga akhir tahun. Bagaimana dampaknya?
Berdasarkan kurs tengah bank sentral Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) per Jumat, 6 Oktober 2023, rupiah amblas ke Rp 15.628 atau melemah 109 poin dari awal pekan pada Senin, 2 Oktober 2023 yang sebesar Rp 15.519.
"Potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS mungkin bisa terjadi hingga akhir tahun ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra pada Tempo, Sabtu, 7 Oktober 2023.
Dia menjelaskan, ini lantaran di sisa tahun ini, ekspektasi pasar mengenai kebijakan suku bunga tinggi AS masih belum surut. Menurut Ariston, pasar mungkin menunggu hasil Rapat Bank Sentral AS yang bakal digelar Desember mendatang.
"Pelemahan rupiah bisa berdampak pada kenaikan barang impor yang berujung pada kenaikan biaya produksi barang," ujar Ariston.
Dia menyebut, hal ini tergantung perusahaan tersebut apakah akan membebankan kenaikan itu ke konsumen. Tapi yang pasti, lanjut dia, profit perusahaan bisa berkurang. Sebab, jika harga dinaikkan bisa mengurangi daya beli.
"Perusahaan yang punya utang dolar juga akan terbebani dengan pelemahan rupiah, dan bisa mengganggu keuangan perusahaan bila perusahaan belum memitigasi risiko nilai tukar ini," tutur dia.
Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman mengatakan dampak penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa menekan sektor industri yang berorientasi ekspor, baik sebagai barang setengah jadi maupun barang jadi.
"Pun demikian, barang impor yang menurun akibat mulai melemahnya produktivitas industri pengolahan yang tergantung bahan baku impor," kata Rizal pada Tempo, Sabtu.
Hal ini juga berimbas kepada komoditas atau barang impor yang semakin mahal. Ini karena selain adanya pergeseran pasar global, juga menurunnya pasar lokal akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun.
"Artinya, dampak yang akan dirasakan adalah turunnya produktivitas industri pengolahan, seiring dengan menurunnya daya saing industri nasional," tutur Head of Center of Macroeconomics and Finance Indef ini.
Tentu saja, lanjut dia, depresiasi rupiah atas dolar AS juga akan menekan perdagangan luar negeri. Ini akan mengakibatkan menurunnya nilai tambah dalam pembentukan produk domestik bruto atau PDB riil nasional karena depresiasi nilai rupiah terhadap dolar AS bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pilihan Editor: Gantikan Syahrul Yasin Limpo, Ini Langkah Pembenahan Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi