TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah pada pagi hari ini berada pada level Rp 15.151 per dolar AS atau melemah ketimbang akhir pekan lalu di Rp 15.150 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan pada hari ini pergerakan kurs rupiah di pasar keuangan masih akan dibayangi oleh sentimen bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Rerserve (The Fed).
"Peluang hari ini, ada potensi pelemahan ke arah Rp 15.150, sementara potensi penguatan ke arah Rp 15.100," ujar Ariston di Jakarta, Senin, 10 Juli 2023.
Adapun pada Jumat pekan lalu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,05 persen atau 7 poin menjadi Rp 15.150 per dolar AS. Pelemahan rupiah itu bila dibandingkan dengan kondisi pada sehari sebelumnya yakni di level Rp 15.143 per dolar AS.
Ariston menjelaskan, berdasarkan survei CME FedWatch tool, probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS di bulan Juli 2023 sangat tinggi sekitar 92 persen. Angka ini lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang di kisaran 86 persen.
"Kelihatannya pasar sudah sangat yakin terhadap kenaikan suku bunga acuan Fed di bulan ini," ujar dia.
Dalam analisisnya, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sangat tinggi dipengaruhi dua faktor. Pertama, dari pernyataan Gubernur The Fed yang mengatakan kenaikan suku bunga acuan masih mungkin 2 kali tahun ini karena tingkat inflasi masih tinggi belum turun ke target 2 persen.
Kedua, berasal dari sebagian data ekonomi AS yang dirilis masih mendukung kenaikan suku bunga acuan AS, dalam artian masih berpotensi mendorong kenaikan inflasi di AS sehingga ini masih memerlukan kebijakan suku bunga tinggi
"Data ekonomi AS yang dirilis belakangan ini hasilnya beragam, ada yang mendukung peluang kenaikan suku bunga acuan selanjutnya dan ada yang menurunkan kemungkinan tersebut," ucap Ariston.
Sementara itu pada Jumat pekan lalu, 7 Juli 2022, tercatat data tenaga kerja AS yang dirilis juga memiliki hasil beragam. Untuk Data Non Farm Payrolls dirilis lebih rendah dari perkiraan,namun data tingkat pengangguran dan data penghasilan rata-rata per jam dirilis lebih bagus dari perkiraan.
Gubernur Bank Sentral AS sebelumnya menyebutukan suku bunga belum akan dipangkas, dan bahkan bakal ada potensi kenaikan dua kali tahun ini. Oleh karena itu, menurut Ariston, dolar AS masih berpeluang menguat terhadap nilai tukar lainnya ke depan.
Meski begitu, sentimen pasar disebut seringkali berubah dengan perkembangan data dan kondisi ekonomi terbaru. Artinya, kata Ariston, dapat dikatakan dinamika pergerakan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya--termasuk rupiah--di pasar masih akan tinggi karena terpengaruh sentimen The Fed.
ANTARA
Pilihan Editor: Bantah Kabar Pemerintah Resmi Redenominasi Rupiah, Bank Indonesia: Tidak Benar