“Kinerja pemerintah daerah lebih aktif untuk mendorong realisasi penerimaan PBB lebih baik,” tutur dia.
Said juga menjelaskan ekonomi yang tumbuh baik juga ikut mendongkrak Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tercapai Rp 217,8 triliun atau 49,3 persen. Sebaliknya, menurut Said, sektor kepabeanan dan cukai masih perlu effort lebih keras sebab terjadi pelambatan, baru terealisasi Rp 94,5 triliun atau baru 31,17 persen dari target.
Dari sisi belanja negara, Said menilai terkelola cukup sehat, meskipun kementerian dan lembaga serta pemda harus lebih progresif lagi, agar memiliki daya ungkit perekonomian lebih besar. “Realisasi belanja negara mencapai Rp 765,8 triliun, masih cukup rendah, karena masih 25 persen dari pagu,” kata Said.
Sedangkan realisasi pendapatan negara yang tumbuh 17 persen dibandingkan tahun lalu. “Ini patut kita syukuri, mengingat berbagai harga komoditas ekspor andalan tidak setinggi tahun lalu,” ujar dia.
Dia menuturkan, batu bara, CPO, jagung, dan minyak bumi semuanya menunjukkan tren penurunan harga. “Pada tahun lalu pemerintah menerima windfall effect akibat melambungnya harga batu bara, minyak bumi, dan CPO,” kata Said Abdullah.
Pilihan Editor: Investasi Swasta di IKN Mulai Jalan Agustus, Bahlil: Pemerintah Berfokus Selesaikan Infrastruktur Dasar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini