Selanjutnya, yang menjadi sorotan Faisal adalah penyaluran kredit bank. Sebelum reformasi, Bank menyalurkan kredit hingga 60 persen. Sedangkan sekarang bank menyalurkan kredit sekarang cuma 40 persen dari PDB. Padahal, kata dia, kredit adalah darah bagi pertumbuhan ekonomi. Lantas, pertumbuhan ekonomi kini terus menurun.
Industrialisasi juga ia nilai terus merosot. Faisal menyebut sektor Industri RI turun dari 31 persen pada 2022 menjadi 18,3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Peranan teknologi dalam total ekspor pada sebelum reformasi mencapai 12 persen, sekarang pun turun menjadi 8 persen.
"Karena yang diekspor tinggal keruk-jual, petik-jual. Konglomerat etnis Tionghoa dulu masih pake otak. Kalau ini olgiarkinya enggak pakai otak dia. Ini lah yang makin lama makin berbahaya," ujarnya.
Ditambah angka harapan hidup yang terus menurun. Faisal membeberkan angka harapan hidup Indonesia di Asean adalah yang terendah kedua setelah Myanmar. Kondisi ini, menurutnya, telah menjadi bukti bahwa pembangunan belum berhasil.
Sebab pencapaian pembangunan, tutur Faisal, seharusnya terlitah besarnya angka harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Sementara di Indonesia angka harapan hidup turun sekarang menjadi 67 tahun dari sebelumnya pada 2019 yaitu 70 tahun.
"Kita ini mengalami kemunduran," ucapnya.
Pilihan editor: Ekonom Faisal Basri Masuk Tim Ahli Satgas TPPU Bentukan Mahfud MD, Ini Profilnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini