2. Colonial Pipeline
Jaringan pipa bahan bakar utama Amerika, Colonial Pipeline mengalami offline akibat diretas oleh hacker. Operator Colonial Pipeline offline sejak Jumat, 7 Mei 2021. Pipa tersebut membawa 2,5 juta barel per hari—45 persen dari pasokan solar, bensin, dan bahan bakar jet di Pantai Timur Amerika.
Kemudian, pada Senin, 10 Mei 2021, FBI resmi mengonfirmasi bahwa DarkSide bertanggung jawab untuk membahayakan jaringan Colonial Pipeline. Sehari sebelumnya, Amerika juga mengeluarkan Undang-Undang Darurat, setelah Colonial Pipeline terkena serangan ransomware.
Peretasan itu dilakukan oleh kelompok yang menamai dirinya sebagai DarkSide. "Tujuan kami adalah menghasilkan uang dan tidak menciptakan masalah bagi masyarakat," tulis DarkSide di situsnya.
DarkSide menyusup ke jaringan Colonial Pipeline dan mengunci data di beberapa komputer dan server, serta menuntut uang tebusan pada hari Jumat. Geng tersebut mencuri hampir 100 GB data, dan mengancam akan membocorkannya ke internet.
Menanggapi serangan itu, perusahaan dengan cepat membuat sistem tertentu offline untuk menahan ancaman. “Serangan itu menghentikan sementara semua operasi pipa dan mempengaruhi beberapa sistem TI kami, yang secara aktif sedang kami pulihkan,” ujar pihak Colonial Pipeline.
Sejumlah peneliti keamanan dunia maya saat itu berspekulasi bahwa geng penjahat dunia maya itu mungkin orang Rusia. Karena perangkat lunak mereka menghindari enkripsi sistem komputer mana pun yang bahasanya disetel sebagai bahasa Rusia.
DarkSide memposting pernyataan di situsnya yang menggambarkan dirinya sebagai apolitis. "Kami tidak berpartisipasi dalam geopolitik, tidak perlu mengikat kami dengan pemerintah yang ditentukan dan mencari motif kami," kata kelompok itu.
Grup tersebut juga mengindikasikan bahwa mereka tidak mengetahui mengapa Colonial Pipeline menjadi sasaran salah satu afiliasinya. Mereka mengatakan: "Mulai hari ini, kami mengenalkan moderasi dan memeriksa setiap perusahaan yang ingin dienkripsi oleh mitra kami untuk menghindari konsekuensi sosial di masa depan."
Pada prinsipnya, DarkSide menerangkan bahwa pihaknya tidak akan menyerang rumah sakit, sekolah dan universitas, organisasi nirlaba, dan sektor pemerintah. Pada saat itu, tuntutan tebusan hacker itu berkisar antara US$ 200 ribu hingga $ 2 juta.