Irfan menjelaskan, pertumbuhan pendapatan usaha Garuda Indonesia pada kuartal I tahun 2023 ditunjang oleh capaian pendapat penerbangan berjadwal US$ 506,82 juta yang tumbuh sebesar 87 persen. Selain itu, ada komposisi pendapatan lainnya yang tumbuh sebesar 50 persen menjadi US$ 83,35 juta pada tiga bulan pertama di tahun 2023 ini.
Lebih lanjut hingga Maret 2023, Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan EBITDA hingga 92 persen yakni menjadi US$ 71 juta atau membaik dibandingkan dengan EBITDA pada periode yang sama di tahun 2022 sebesar US$ 37 juta.
“Pada kuartal I tahun ini, Garuda Indonesia juga mencatatkan penurunan rugi bersih sebesar 50,91 persen menjadi US$ 110,03 juta dari kuartal I tahun lalu sebesar US$ 224,14 juta,” kata Irfan.
Irfan mengatakan Garuda Indonesia pada akhir Maret 2023 lalu juga menyelesaikan pemenuhan kewajiban terhadap kreditur yang termasuk dalam klasifikasi kreditur dengan nilai tagihan hingga Rp 255 juta. Pemenuhan kewajiban tersebut sejalan dengan Perjanjian Perdamaian PKPU yang sebelumnya telah disahkan melalui putusan homologasi PN Jakarta Pusat, dan dalam implementasinya turut diselaraskan dengan fokus misi transformasi yang berjalan.
“Penyelesaian kewajiban Garuda Indonesia tersebut telah dirampungkan terhadap 254 kreditur yang memiliki nilai tagihan hingga Rp 255 juta. Dengan total nilai tagihan yang dibayarkan mencapai hingga Rp 15.432.720.782,” ungkapnya.
Pilihan Editor: Siapkan 14 Armada Pesawat Berbadan Lebar, Garuda Layani 104 Ribu Jamaah Haji Tahun Ini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini