Lebih jauh, Fahmy menduga keputusan pemerintah memperpanjang izin relaksai ekspor konsentrat tidak terlepas dari ancaman PTFI untuk menghentikan produksi dan melakukan PHK besar-besaran. Praktis, hal tersebut dianggap bedampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia dan Papua.
Padahal, menurut Fahmy, ancaman tersebut hanya gertakan yang tidak bakal direalisasikan. Sebab, PTFI benar-benar menghentikan produksinya, sudah pasti akan memperburuk harga saham Freeport McMoran, pemegang 41 persen saham PFTI yang terdaftar di Pasar Modal Wall Street.
"Pemerintahan Pesiden Jokowi seharusnya tidak takut dengan ancaman PT Freport dan harus konsisten dengan kebijakan pelarangan ekspor konsentrat dan program hilirisasi," ujar Fahmy.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membenarkan jika pemerintah membolehkan PTFI melakukan ekspor konsentrat tembaga setelah Juni 2023.
"(Keputusannya) boleh (ekspor konsentrat tembaga) sampai progresnya komitmen dia untuk menyelesaikan (smelter) dan tidak boleh lebih dari pertengahan tahun depan," kata Arifin, Jumat, 28 April 2023, dikutip dari Antara.
Pemerintah, kata Arifin, memiliki sejumlah pertimbangan untuk memperpanjang izin tersebut. Salah satunya, terkait kendala pembangunan smelter akibat pandemi Covid-19.
Adapun, menurut Arifin, progres smelter PTFI hingga bulan kemarin sudah mencapai 60 persen. "Tapi memang harusnya secara aturan sudah selesai 2023. Tapi tadi disampaikan isu-isu kesulitan yang dihadapi dan di situ juga partnership-nya juga antara Indonesia dengan PTFI," ujar dia.
RIRI RAHAYU | ANTARA
Pilihan Editor: PT Freeport Indonesia Buka Lowongan Magang untuk Mahasiswa, Minimal IPK 2,8
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini