Kemenag pun menganjurkan agar gelang haju selalu dijaga dan tidak dihilangkan lantar berfungsi sebagai penanda orang, jika terpisah dari rombongan atau tersesat. Jemaah juga diminta untuk tidak menukar gelangnya dengan orang lain karena setiap calon haji memiliki data yang berbeda.
Juru Bicara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, Akhmad Fauzin mengingatkan juga kepada setiap jemaah agar memahami data dan isi dari gelang sehingga mereka memiliki informasi ketika meminta bantuan kepada para petugas di sana. Bahkan, hafal informasi dalam gelang haji akan lebih baik.
Misalnya, mengingat nomor paspor dalam gelang identitas akan memudahkan pelacakan seorang jemaah. Pemerintah Arab Saudi juga akan mudah mengenali ketika melihat nomor dalam gelang haji dengan mengecek pada sistemnya.
Sempat Disemprot DPR, Ada Dugaan di Mark Up
Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Gerindra Abdul Wachid sempat mengkritisi soal adanya dugaan mark up pembuatan gelang haji saat Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Agama beberapa waktu lalu. Wachid sempat menyinggung perbedaan harga gelang haji yang dipasang oleh Kemenag dengan yang dijual di pasaran.
Wachid lalu menjelaskan terkait harga. Dia menduga terjadi mark up harga lantaran biaya pembuatan gelang haji yang ia tahu hanya Rp 5.000, tapi dihargai Rp 30 ribu.
"Ini soal kecil, tapi saya katakan saya pengusaha, dari kecil saya hitung. Harganya di sana (Jepara) Rp 5.000," kata Wachid.