Mengutip catatan harian analis dan komisaris PT Orbi Trade Berjangka Vandy Cahyadi, Ibrahim mengatakan, pasar minyak telah turun karena kekhawatiran resesi global, tetapi masih menunjukkan tanda-tanda akan tetap ketat untuk beberapa waktu lagi, namun sanksi dan pembatasan pada minyak mentah Rusia secara bertahap memperoleh beberapa dampak harga dan akan menjadi faktor yang lebih bullish ketika masuknya kargo minyak mentah Rusia bulan lalu diserap ke pasar global.
“Rusia adalah pemasok minyak mentah terbesar kedua Cina pada tahun 2022, sementara Arab Saudi menempati posisi teratas,” jelas Ibrahim.
Ibrahim mengatakan, fokus minggu ini beralih ke data PDB kuartal keempat AS yang akan dirilis pada hari Kamis untuk mengukur apakah ekonomi terbesar dunia semakin mendekati resesi pada akhir 2022. "Pertumbuhan diperkirakan melambat pada kuartal keempat dari kuartal ketiga, karena efek dari kenaikan suku bunga yang tajam dirasakan oleh perekonomian," katanya.
Sementara pemulihan di Cina diperkirakan akan menguntungkan permintaan minyak mentah tahun ini, pasar khawatir bahwa potensi resesi di AS dan negara Barat lainnya dapat menghambat konsumsi minyak mentah. Perekonomian AS dan zona euro berjuang dengan inflasi yang tinggi dan kebijakan moneter yang ketat, yang keduanya diperkirakan akan bertahan di sebagian besar tahun ini.
"Indikator ekonomi untuk bulan Desember sudah menunjukkan penurunan aktivitas, kemungkinan menandakan penurunan yang lebih besar dalam beberapa bulan mendatang," kata Ibrahim.
Di sisi penawaran, fokusnya tepat pada Rusia, karena negara tersebut mengatasi batasan harga yang ketat pada ekspor minyaknya. Moskow secara luas diperkirakan akan menurunkan produksi minyak mentah karena marginnya terpukul oleh harga jual yang lebih lemah. Hal ini pada gilirannya dapat memperketat pasokan minyak mentah global, memberikan beberapa kenaikan harga.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini