TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir optimis pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kesehatan dan pariwisata warisan Presiden Sukarno yang berlokasi di Sanur, Bali akan mendorong perekonomian baik nasional maupun lokal. Hal itu disampaikan Erick meninjau kawasan itu bersama dengan Megawati Soekarnoputri.
Baca juga : Erick Thohir dan Megawati ke Sanur Perkuat Ikon Pariwisata Bali
Menurut Erick, kawasan itu dibangun berdasarkan visi pariwisata Presiden Soekarno untuk memajukan Indonesia di dunia internasional itu. Soekarno membangun ikon pariwisata di Bali itu pada tahun 1963 demi memajukan Indonesia. Kawasan itu ditransformasikan Kementerian BUMN untuk menjadi destinasi wisata komprehensif yang menonjolkan wisata kesehatan dan pariwisata.
"Selama ini kita kehilangan hingga Rp 97,5 Triliun setiap tahun dari dua juta penduduk Indonesia yang berwisata medis ke Singapura dan Malaysia. Selain itu, pengembangan KEK Sanur akan menata ulang struktur ekonomi agar pariwisata Bali bukan lagi mass tourism seperti sekarang, tapi bergeser kepada quality tourism, yang meningkatkan length of stay dan spending wisatawan di Bali. Ini punya dampak ekonomi luas bagi masyarakat lokal," ujar Erick lewat keterangan tertulis pada Senin, 16 Januari 2023.
Pengembangan KEK Sanur diproyeksikan mampu menyerap sekitar 4-8 persen masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Sehingga, diharapkan pada 2030, jumlah pasien yang berobat di KEK Sanur mencapai 123.000 hingga 240.000 orang. Kemudian hingga tahun 2045, juga diharapkan penghematan devisa yang mencapai total Rp 86 triliun.
Di kawasan seluas 41,26 hektare itu juga akan didirikan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan klinik bertaraf internasional bekerjasama dengan rumah sakit terbesar di Amerika Serikat Mayo Clinic, revitalisasi Hotel Bali Beach atau Grand Inna Bali Beach (GIBB). Selain itu akan dibangun pulq convention center, ethnomedicinal botanic garden, dan commercial center untuk menampung UMKM.
Baca juga : Erick Thohir: Sanur Akan Menjadi Wisata Kesehatan Internasional
Menurut Erick, setelah beroperasi penuh yang dijadwalkan selesai di 2024, KEK Sanur dapat menyerap sekitar 43.000 tenaga kerja. Pada 2045, KEK Sanur diharapkan mampu menambah total perolehan devisa hingga US$ 1,28 miliar atau Rp 19,6 triliun. "Total investasi untuk membangun KEK Sanur mencapai Rp 10,2 triliun," kata dia.
Dalam kunjungan itu, secara khusus Megawati menyempatkan diri meninjau ethnomedicinal botanic garden seluas 4,9 hektare. Zona khusus yang dikelola Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kebun Raya itu menjadi pusat penelitian kesehatan dan taman usada untuk mengembangkan tanaman-tanaman obat dalam terapi penyembuhan berbagai jenis penyakit.
Saat meninjau kawasan kebon herbal itu, Megawati mengajukan banyak pertanyaan seputar manfaat tanaman-tanaman obat yang berguna bagi kesehatan. Termasuk juga melihat pohon Inaran, yang sering disebut sebagai pohon Soekarno. Bahkan, Megawati meminta kepada Erick untuk memasang kain kamben poleng di pohon tersebut.
Megawati mengapresiasi langkah transformasi ikon pariwisata Bali itu yang tetap memprioritaskan identitas budaya di Pulau Dewata sekaligus menjunjung tinggi prinsip Tri Hita Kirana yang melekat di masyarakat Bali. Tri Hita Kirana adalah ajaran agar manusia mengupayakan hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan.
"Di Jaeju, Korea, saya punya teman profesor yang menggunakan nama saya, yakni Botanic Megawati Garden untuk kebun tanaman obat herbal. Jadi saya senang akan keberadaan taman usada di ethnomedicinal botanic garden yang menunjukkan kekayaan tanaman-tanaman obat Indonesia yang sangat bermanfaat bagi kesehatan," tutur Megawati.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini