TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta menguat pada Jumat pagi, 30 Desember 2022, di posisi Rp 15.642 per dolar Amerika Serikat. Mata uang garuda naik 16 poin atau 0,1 persen di hari terakhir perdagangan 2022.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan berfkultuasi. “Namun ditutup melemah di rentang Rp 15.630-15.730,” kata Ibrahim dikutip pada Jumat, 30 Desember.
Ibrahim menuturkan, dari dalam negeri, perekonomian yang diyakini masih tahan guncangan dan tumbuh di kisaran 5 persen pada 2023 mendatang mempengaruhi pergerakan rupiah. Meski perekonomian global melambat, kata dia, ekonomi Indonesia—terutama di pengujung 2022—masih kuat karena berbagai strategi.
“Perekonomian Indonesia mulai dari awal sampai penghujung akhir 2022, berturut-turut masih baik-baik saja. Ini berkat langkah dan strategi yang gencar diterapkan pemerintah,” ujar Ibrahim.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Masih Melemah pada Senin Depan
Bank Indonesia, kata Ibrahim, telah menaikkan suku bunga acuan atau BI7DRR sebanyak 25 bps menjadi 5,50 persen. Bank sentral juga mengerek suku bunga deposit facility sebanyak 25 bps menjadi 4,75 persen.
Kemudian, suku bunga lending facility naik 25 bps menjadi 6,25 persen. “BI terus melakukan intervensi secara berkala di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF yang akhirnya membawa berkah tersendiri bagi mata uang garuda, walaupun devisa negara sedikit menyusut,” ucap Ibrahim.
Ihwal adanya ancaman resesi 2023, Ibrahim melanjutkan, sinyal ini tampak dari banyak laporan organisasi global, seperti Bank Dunia, IMF, dan OECD. Ada beberapa indikator utama yang mempengaruhi perlambatan ekonomi, namun kata dia menjadi berkah bagi perekonomian Indonesia.
Misalnya, dampak perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan kurangnya pasokan energi di banyak negara. Kondisi energi dalam negeri ditopang lebih dari 50 persen dari batu bara dan pertumbuhannya masih sangat positif.
“Indonesia juga punya cadangan batu bara sebesar 37 miliar ton, terbesar nomor tujuh dunia,” tutur Ibrahim. Dari sisi ekspor, pertumbuhan telah didorong oleh adanya ekspor CPO, batu bara, besi, dan baja. Dalam skala nasional, spasial ekspor ditopang dengan baik oleh sejumlah wilayah.
ANTARA
Baca juga: Bunga Acuan BI Naik jadi 5,5 Persen, Apa Sebabnya dan Bagaimana Respons Perbankan?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.