Sementara itu, Presiden Bank Dunia David Malpass ketika berbicara dengan Georgieva, memperingatkan bahwa ada 'bahaya nyata' dari kontraksi di seluruh dunia pada 2023. "Kekuatan dolar AS melemahkan mata uang negara-negara berkembang, meningkatkan utang mereka ke tingkat yang 'membebani'", ucap Malpass.
Pada sebuah acara yang digelar Senin malam, Georgieva mengatakan IMF memperkirakan bahwa ada kekurangan US$ 9 miliar dalam cakupan neraca pembayaran untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah. Program IMF yang diluncurkan bulan lalu dari pembiayaan darurat akan membantu memenuhi kebutuhan itu.
Dalam percakapan luas dengan perwakilan dari kelompok masyarakat sipil, Georgieva mengatakan dewan IMF akan melakukan peninjauan kuota, atau memperbarui porsi dana yang lebih besar kepada negara berkembang. "Proses itu akan selesai pada Desember 2023. Sangat penting untuk menjaga kredibilitas dana tersebut," tuturnya.
Lebih jauh, Georgieva juga mengatakan IMF akan membahas biaya tambahan atau komisi yang dibebankan kepada negara-negara yang menggunakan jalur kredit pemberi pinjaman secara ekstensif sebagai bagian dari pembicaraan tentang fasilitas pencegahannya pada Desember.
Biaya tambahan, kata Georgieva, akan diterapkan kepada negara-negara berpenghasilan menengah untuk menghindari pinjaman berlebihan.
Soal ini, beberapa negara berkembang dan pemenang hadiah Nobel Joseph Stiglitz berpendapat IMF seharusnya menghilangkan biaya tambahan tersebut. Pasalnya, hal ini dinilai tidak adil pada negara-negara yang tengah berjuang menghadapi krisis.
BISNIS
Baca juga: IMF Sebut Ekonomi Gelap, Kerugian karena Resesi Bisa Tembus USD 4 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.