“Menjelang akhir tahun, likuiditas perbankan kami perkirakan akan meningkat kembali seiring dengan meningkatnya siklus belanja pemerintah di mana tambahan dana akan masuk ke dalam sistem perbankan,” ujar Batara kepada Bisnis, Ahad 9 Oktober 2022.
Terjaganya level likuiditas perbankan setidaknya tecermin dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang menyebut likuiditas perbankan masih dalam level memadai meski di tengah tren penurunan likuiditas akibat kenaikan GWM serta suku bunga acuan.
Likuiditas bank yang tinggi terlihat dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 26,52 pada Agustus 2022. Permodalan juga dalam posisi tangguh, tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Juli 2022 sebesar 24,86 persen.
Batara menambahkan bahwa hingga semester I/2022, Citi Indonesia mampu menjaga kualitas dana pihak ketiga secara berkelanjutan dengan tumbuh sebesar 11,1 persen year-on-year (yoy). Ini membuat Citi mencatatkan loan to deposit ratio (LDR) secara sehat sebesar 64 persen.
Adapun, portofolio kredit Citi pada paruh pertama 2022 meningkat 9,8 persen yoy menjadi Rp43,7 triliun. Kontribusi utama pertumbuhan kredit berasal dari lini bisnis institutional banking, terutama pada sektor industri manufaktur serta perantara keuangan.
“Kami berharap kenaikan suku bunga tidak akan mempengaruhi terhadap target DPK dan kredit kami di Citi Indonesia. Kami terus mendorong pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga ke berbagai segmen nasabah dan sektor,” kata Batara.
Baca: Hingga Mei 2022, LPS Sebut Simpanan di Bank Digital Naik 8 Ribu Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini