Sepanjang semester pertama tahun 2022, nilai penjualan Sritex mencapai US$ 348,8 juta atau setara Rp 5,16 triliun (asumsi kurs Rp 14.814 per dolar AS). Angka penjualan tersebut turun ketimbang periode serupa tahun lalu yang mencapai US$ 526,2 juta.
Adapun penjualan Sritex berasal dari pemintalan sebesar US$ 208 juta, pertenunan US$ 59,9 juta, finishing kain US$ 54,6 juta, dan konveksi sebesar US$ 26,1 juta. Dengan penurunan penjualan itu, beban pokok penjualan pun turut terkoreksi hingga 52 persen menjadi US$ 355,9 juta dari US$742,3 juta.
Dengan besar beban pokok penjualan itu, Sritex mencatatkan rugi bruto sebesar US$ 70 juta di paruh pertama tahun 2022 ini. Adapun rugi bruto ini lebih kecil bila dibandingkan periode yang sama tahun 2021 lalu yang sebesar US$ 198,1 juta.
Rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk SRIL juga menurun menjadi US$ 60,2 juta atau sebesar Rp 891,9 miliar ketimbang semester pertama tahun lalu.
Dari segi aset, per akhir Juni 2022, Sritex mencatatkan jumlah aset sebesar US$ 1,13 miliar atau naik dari akhir Desember 2021 sebesar US$ 1,2 miliar. Sementara jumlah liabilitas perseroan turun menjadi US$ 1,59 miliar di 30 Juni 2022, dari US$ 1,63 miliar di 31 Desember 2021. Adapun jumlah ekuitas yang mengalami defisit modal naik menjadi minus US$ 459,9 juta di enam bulan pertama 2022, dari minus US$ 398,8 juta di akhir 2021.
BISNIS
Baca: Luhut Ajak Tanam Cabai untuk Kendalikan Inflasi: Jangan Terlalu Canggih, Pokoknya Gak Kekurangan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.