Berdasarkan penggunaannya, komposisi utama impor pada Mei 2022 masih didominasi impor bahan baku/penolong dengan pangsa 78,77 persen yang meningkat 33,95 persen (yoy). Kemudian, diikuti impor barang modal dengan porsi mencapai 13,09 persen yang mengalami pertumbuhan 29,19 persen (yoy). Selain itu, impor barang konsumsi tercatat hanya mencapai 8,14 persen dari total impor dengan pertumbuhan 7,83 persen (yoy).
“Dominasi dan kenaikan impor bahan baku menunjukkan impor Indonesia ditujukan untuk aktivitas produktif guna mendorong produksi nasional, sementara kenaikan pada barang modal menunjukkan perusahaan manufaktur terus mendorong ekspansi usaha,” tutur Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Menurut Zulkifli, peningkatan impor barang konsumsi mengindikasikan pulihnya daya beli masyarakat seiring dengan membaiknya indeks keyakinan konsumen (IKK) yang tumbuh dari 104,4 pada Mei 2021 menjadi 128,9 di Mei 2022. Di tengah pembatasan ekspor pupuk oleh sejumlah ,seperti Rusia, Cina, Vietnam, dan Kirgistan, impor pupuk (HS 31), Indonesia masih mengalami kenaikan 93,55 persen (yoy) pada Mei 2022.
Selain pupuk, produk dengan kenaikan impor terbesar di antaranya tercatat untuk kelompok perhiasan (HS 71) naik 153,27 persen (yoy), daging hewan (HS 02) 93,55 persen (yoy), gula dan kembang gula (HS 17) 83,38 persen (yoy), serta batu bara (HS 27) 76,95 persen (yoy).
“Mencermati ketidakpastian geopolitik akibat konflik Rusia-Ukraina, tekanan harga komoditas pangan maupun energi, dan gangguan rantai pasok global, Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi dengan kementerian/lembaga pemerintahan terkait," kata Zulkifli.
Langkah itu, Zulkifli Hasan menuturkan, dilakukan guna menjaga ketersediaan pasokan pangan nasional dan stabilitas harga di dalam negeri. Selain itu, pihaknya memastikan akan menjaga inflasi di tingkat wajar.
Baca juga: Sepekan Pertama Dilantik Jadi Mendag, Zulkifli Hasan Bicara Neraca Perdagangan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.