Selain itu saham komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) masih dilirik oleh Lo. Dia juga melihat potensi besar dari emiten saham dari sektor yang biasa-biasa saja, seperti perusahaan pelayaran, kontainer, sampai perusahaan yang memproduksi kaca.
“Tadinya biasa saja seperti kontainer, tiba-tiba tarif naik, untung besar.” tutur Lo.
Pada kesempatan tersebut, Lo terang-terangan mengatakan bahwa tidak ada portofolio saham perusahaan digital yang dimilikinya. Baginya itu sangat berisiko sebagai seorang value investor.
Lo memutuskan tidak membeli emiten seperti bank kecil yang asetnya di bawah Rp 10 triliun, namun price to book 50 kali. Dia lebih suka membeli saham komoditas batu bara atau lainnya yang asetnya terlihat masih menjanjikan.
“Saya lebih memilih membeli Mercy harga Avanza, bukan Bajaj yang dijual harga Mercy. Bajaj yang dijual harga Mercy tetep saya enggak mau beli. Tapi kalo Mercy yang dijual harga Avanza saya mau beli,” tutur Lo Kheng Hong.
M FAIZ ZAKI
Baca juga: Bantah Soal IKN, Hashim Djojohadikusumo: Seolah-olah Saya Bagian dari Oligarki
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu