“Ketika kita memiliki saham wonderful company, kita tidur saja bisa menghasilkan uang lebih banyak hasilnya daripada orang yang kerja keras. Hanya tidur saja padahal,” ungkapnya.
Dia juga memilih jadi investor saham dan tidak membangun usaha sendiri karena dengan memegang sahamnya LKH seperti sudah punya perusahaan yang besar sekali.
“Sekarang saya punya pabrik ban terbesar di Asia Tenggara, pemegang saham terbesar ketiga di sana. Saya juga nggak usah bisnis, saya jadi pemegang saham terbesar kedua di perusahaan media. Jadi enak, dan itu saya membeli di harga diskon,” ujarnya.
Lo Kheng Hong pun memberi contoh ketika membeli saham Indika Energy, tambang batu bara terbesar ketiga di Indonesia.
“Waktu itu nilai buku per saham Rp 1.600, harga saham Rp110, kan murah, ngapain bangun usaha sendiri, udah dapat perusahaan besar at discount lagi. Jadi saya nggak mau bangun usaha karena ribet-ribet-ribet. Kedua, saya bisa dapat perusahaan yang udah jadi dan belinya at discount, pas Indika oni seperti mobil mercy harga bajaj. Dan itu hanya terjadi dan ada di bursa saham, tidak ada di dunia nyata,” kata Lo Kheng Hong.
BISNIS
Baca juga: Bandara Halim Perdanakusuma Ditutup 1 Januari, Penerbangan Dialihkan ke Mana?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.